Internationalmedia.co.id melaporkan, Amerika Serikat (AS) mengeluarkan peringatan keamanan mendesak bagi warganya di Prancis menyusul demonstrasi besar-besaran yang melanda negara tersebut. Aksi protes yang meluas ini dipicu oleh rencana pemotongan anggaran pemerintah Presiden Emmanuel Macron.
Peringatan yang dikeluarkan Kedutaan Besar AS di Prancis dan Departemen Luar Negeri AS, seperti dikutip internationalmedia.co.id dari berbagai sumber, menyebutkan potensi bentrokan kekerasan selama demonstrasi yang telah berlangsung sejak Kamis (18/9) waktu setempat. "Aksi mogok kerja dan protes terjadi di seluruh Prancis. Transportasi umum terdampak signifikan, terutama di Paris, dan beberapa sekolah ditutup," bunyi peringatan tersebut.

Imbauan kepada warga AS juga mencakup kewaspadaan terhadap potensi pemblokiran jalan dan gangguan transportasi lainnya, termasuk penerbangan, kereta api, dan taksi. Kemungkinan bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan dinilai tinggi. Oleh karena itu, warga AS dihimbau untuk menghindari area demonstrasi dan terus memantau perkembangan situasi dari otoritas dan media lokal.
Demonstrasi yang diperkirakan melibatkan ratusan ribu orang ini menandai gelombang protes terhadap rencana penghematan anggaran pemerintah Prancis. Sekitar 80.000 personel polisi dikerahkan untuk menjaga ketertiban, namun bentrokan dan penggunaan gas air mata dilaporkan terjadi di beberapa kota, termasuk Paris, Nantes, dan Lyon.
Para demonstran mengecam peningkatan kemiskinan, kesenjangan ekonomi yang semakin lebar, dan kesulitan hidup yang dihadapi pekerja bergaji rendah. Serikat pekerja menuntut pembatalan rencana pemotongan anggaran dan pembekuan jaminan sosial, yang dinilai akan membebani pekerja bergaji rendah dan kelas menengah. Kelompok sayap kiri pun menyerukan agar orang kaya dan pengusaha membayar pajak lebih tinggi daripada melakukan pemotongan anggaran. Kementerian Dalam Negeri Prancis melaporkan telah terjadi sekitar 94 penangkapan di seluruh negeri.