Internationalmedia.co.id – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan kesiapannya untuk "berusaha" mengakhiri perang saudara yang berkecamuk di Sudan. Pernyataan ini muncul setelah Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), secara langsung memintanya untuk turun tangan menyelesaikan konflik tersebut. Konflik yang melibatkan tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) ini telah merenggut puluhan ribu nyawa dan menyebabkan jutaan orang mengungsi sejak April 2023.
"Yang Mulia ingin saya melakukan sesuatu yang sangat berpengaruh terkait Sudan," ungkap Trump dalam sebuah forum bisnis Saudi-AS yang dihadiri MBS, seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (20/11/2025). Trump mengakui bahwa sebelumnya ia tidak pernah terpikir untuk terlibat dalam konflik tersebut, menganggapnya sebagai sesuatu yang "gila dan di luar kendali."

Namun, Trump kemudian menegaskan komitmennya kepada MBS, "Tetapi saya melihat betapa pentingnya hal itu bagi Anda, dan bagi banyak teman Anda di ruangan ini, Sudan. Dan kami akan mulai bekerja untuk Sudan."
Meskipun konflik Sudan sebelumnya kurang mendapat perhatian dari Trump, Amerika Serikat dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan upaya untuk mencapai gencatan senjata antara pihak-pihak yang bertikai. Arab Saudi sendiri diketahui mendukung militer Sudan yang bersekutu dengan pemerintah. Sebaliknya, militer Sudan menuduh Uni Emirat Arab (UEA) memberikan dukungan kepada RSF berupa pasokan senjata dan tentara bayaran, tuduhan yang telah dibantah oleh UEA.
Situasi di Sudan semakin memburuk dengan direbutnya kota penting Al-Fasher oleh RSF setelah pengepungan yang disertai dengan dugaan pembantaian massal. Hal ini mendorong Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk memerintahkan penyelidikan atas dugaan kekejaman tersebut. Utusan Trump untuk Afrika, Massad Boulos, bahkan menyebut perang di Sudan sebagai "krisis kemanusiaan terbesar di dunia."
Trump, yang mengklaim telah menyelesaikan delapan konflik di dunia sejak kembali menjabat pada Januari lalu, sebelumnya lebih fokus pada perang di Gaza dan Ukraina dalam upayanya meraih Hadiah Nobel Perdamaian. Janjinya untuk mulai menangani konflik Sudan mencerminkan hubungan dekatnya dengan Putra Mahkota Saudi, yang baru-baru ini diundang ke Gedung Putih.

