Internationalmedia.co.id – Nama Chen Zhi, seorang taipan yang dikenal sebagai Chairman Prince Holding Group, mendadak menjadi pusat perhatian global. Otoritas Amerika Serikat (AS) mendakwanya terlibat dalam organisasi kriminal transnasional terbesar di Asia, menudingnya sebagai otak di balik penipuan kripto berskala besar dengan skema ‘pig butchering’ atau ‘sembelih babi’.
Dilansir dari CNN, Chen Zhi, yang sebelumnya dikenal dengan nama Vincent, lahir di Fujian, China, pada 16 Desember 1987. Menurut otoritas AS, bisnis awalnya berkutat di warnet dan pusat gim di Fuzhou, ibukota Fujian. Pada tahun 2011, ia merambah bisnis investasi real estat di Kamboja, sebagaimana tercantum dalam profilnya di DW Capital Holdings, sebuah perusahaan manajemen dana di Singapura yang mencantumkan Chen sebagai pendiri dan ketua, serta masuk dalam daftar sanksi AS.

Pada dekade 2010-an, Kamboja, khususnya Sihanoukville, menjadi magnet bagi pengembang dari Tiongkok yang membangun kasino. Kota pantai yang dulunya tenang ini bertransformasi menjadi pusat perjudian dengan regulasi yang longgar dan kemudahan izin kasino. Namun, masuknya kasino dan judi daring juga membawa serta kejahatan terorganisir, pencucian uang, prostitusi, peredaran narkoba, dan penipuan online, menjuluki kota itu sebagai ‘wild west’ dengan keterkaitan erat antara bisnis dan kriminalitas.
Tak lama setelah tiba di Kamboja, Chen Zhi memperoleh kewarganegaraan melalui naturalisasi. Analis menyebutkan bahwa ia mendapatkan gelar kehormatan dan pengaruh yang kuat di kalangan elite Kamboja. Ia diangkat sebagai penasihat senior pemerintah setingkat menteri, penasihat pribadi Perdana Menteri Hun Sen dan putranya Hun Manet, serta dianugerahi gelar ‘neak oknha’, sebuah gelar prestisius bagi pengusaha terkemuka.
Dakwaan AS mengungkap bahwa Chen Zhi pernah mengunjungi AS pada April 2023 menggunakan paspor diplomatik, yang diduga diperolehnya setelah memberikan jam tangan mewah kepada pejabat senior pemerintahan. Skema ‘Sembelih Babi’ yang dijalankan oleh Chen Zhi terungkap memiliki sejumlah tindak kejahatan. Pria berusia 38 tahun ini dituduh melakukan kekerasan terhadap para pekerja, menyuap pejabat asing, serta memanfaatkan bisnis lain seperti judi daring dan penambangan kripto untuk mencuci hasil perolehan ilegal.
Jaksa AS Joseph Nocella bahkan menyebut Chen Zhi sebagai "dalang di balik imperium penipuan siber yang luas" dan "salah satu operasi penipuan investasi terbesar dalam sejarah." Modus penipuan ‘pig butchering’ yang dijalankan Chen Zhi diperkirakan mampu meraup 30 juta dolar AS setiap hari.
Saat ini, Chen Zhi masih buron setelah didakwa secara in absentia di AS. Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman hingga 40 tahun penjara. Selain itu, jika pengadilan mengizinkan, aset 127.271 bitcoin yang disita AS, senilai sekitar 113.000 dolar AS, dapat digunakan untuk mengganti kerugian korban.
Pada tahun lalu, warga Amerika diperkirakan kehilangan sedikitnya 10 miliar dolar AS terkait skema penipuan berbasis Asia Tenggara, meningkat 66 persen dibandingkan tahun 2023. Menurut Departemen Keuangan AS, Chen Zhi merupakan pemain dominan dalam bisnis gelap tersebut. Di sisi lain, otoritas China juga telah menyelidiki perusahaan itu atas dugaan penipuan siber dan pencucian uang sejak tahun 2020.
Upaya permintaan respons telah disampaikan kepada juru bicara Prince Holding Group, Gabriel Tan. Situs perusahaan itu mengklaim berpegang pada "standar bisnis global." Juru bicara pemerintah Kamboja, Pen Bona, belum memberikan respons terkait kasus ini.

