Saturday, 04 May 2024

Search

Saturday, 04 May 2024

Search

Sekitar 8 Juta Orang Berusia di Atas 50 Tahun Alami Kebutaan di Indonesia

JAKARTA(IM)-Kementerian Kesehatan mencatat sebanyak sekitar 8 juta orang Indonesia berusia di atas 50 tahun mengalami masalah gangguan penglihatan. Diperkirakan terdapat 700.000 pasien di antaranya yang terdampak oleh neovascular age-related macular degeneration (nAMD) dan diabetic macular edema (DME).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti mengatakan, penyebab utama gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi, sedangkan penyebab utama kebutaan adalah katarak.

“Selain itu, faktor degeneratif dan penyakit kronis juga merupakan resiko terjadinya penyakit mata lainnya seperti age-related macular degeneration (AMD) dan diabetic macular edema (DME).” ujarnya kepada wartawan, baru baru ini.

Ia mengatakan, selama ini pihaknya mengaku terus melakukan inovasi untuk mengatasi masalah penglihatan warga. Pasalnya, dampak ganggunan penglihatan terhadap kualitas hidup cukup berpengaruh. 

“Dampak gangguan penglihatan terhadap kualitas hidup dan produktivitas individu tidak dapat dianggap enteng,” ucapnya. 

Oleh karenanya, Eva mengatakan bawa pendekatan-pendekatan baru untuk mengobati kondisi retina yang mengancam penglihatan memberikan harapan-harapan bagi para penderitanya di Indonesia.  

Adapun salah satu inovasi untuk mengobati penglihatan yang terganggu, salah satunya adalah Faricimab yang merupakan pengobatan pertama untuk nAMD dan DME di Indonesia. Dokter Spesialis Mata Konsultan Vitreoretina dan Direktur Layanan Vitreoretina, JEC Eye Hospitals & Clinics Dr. dr. Elvioza, SpM(K) menerangkan, Faricimab bekerja dengan menargetkan VEGF-A dan Ang-2.

Dua hal itu merupakan penyebab utama ketidakstabilan pembuluh darah yang terkait dengan kondisi retina yang mengancam penglihatan. 

“Sangat penting untuk memiliki pilihan dan strategi pengobatan yang dapat mengurangi beban frekuensi suntikan bagi pasien yang menderita penyakit mata yang bisa menyebabkan kebutaan,” papar dr. Elvioza.

Oleh karena itu, ia mengungkap bahwa dengan menggabungkan dua inhibitor dalam satu suntikan, Farcimab telah membuka jalan baru bagi pengobatan penyakit mata. 

“Selain manfaat klinis, faricimab menawarkan daya tahan yang lebih lama, yang berarti lebih sedikit suntikan bagi pasien,” ucapnya. 

“Terobosan ini memungkinkan pasien mendapatkan suntikan dengan selang waktu 4 bulan setelah tahun pertama, dibandingkan suntikan yang harus diberikan setiap sebulan sekali pada terapi yang sudah ada,” tambah dr. Elvioza.

Sementara itu, Direktur Roche Indonesia Dr. Ait-Allah Mejri mengatakan bahwa kehadiran Faricimab merupakan komitmennya untuk membantu membantu pasien yang memerlukan untuk dapat mengakses obat-obatan yang dibutuhkan.

“Dan kami akan bekerja sama dengan semua mitra pemerintah dan swasta untuk menemukan jalan ke depan agar dapat menawarkan solusi akses yang terjangkau dan berkelanjutan bagi orang-orang yang membutuhkan faricimab,” pungkasnya.

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media