Saturday, 04 May 2024

Search

Saturday, 04 May 2024

Search

Protes Terus Bergejolak, Prancis tidak Mundur Reformasi Aturan Pensiun

Gelombang protes UU pensiun mencekam di Prancis.

PARIS– Juru bicara pemerintahan Prancis Olivier Veran menegaskan, pemerintah tidak akan mundur dari reformasi aturan pensiun. Padahal, protes dan kerusuhan massal terus bergejolak di Paris dan kota lainnya.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh surat kabar mingguan Le Journal de Dimanche pada Minggu (26/3), Veran mengatakan, undang-undang baru itu diperkirakan akan disetujui oleh Dewan Konstitusi dalam beberapa minggu. Posisi pemerintah sudah jelas dan sudah dikomunikasikan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Tapi, menurut Veran, pemerintah tetap bersedia mendengar keprihatinan serikat pekerja atas rencana yang akan menaikkan usia pensiun dari 62 tahun menjadi 64 tahun. Membutuhkan setidaknya 43 tahun kerja agar memenuhi syarat untuk pensiun secara penuh.
“Usia pensiunnya adalah 64 tahun, tetapi untuk banyak masalah lainnya, kami siap bekerja sama dengan serikat pekerja,” kata Veran dikutip dari Anadolu Agency.
Pemerintah Prancis menggunakan kekuatan konstitusional khusus pekan lalu untuk mendorong rencana kontroversial itu tanpa pemungutan suara parlemen. Tindakan ini menyebabkan mosi tidak percaya dari partai oposisi yang terbukti tidak berhasil menggulingkan Macron.
Keputusan untuk melewati parlemen didorong atas ketakutan pemerintah bahwa anggota parlemen akan dapat menghalangi reformasi. Pemerintah Macron saat ini tidak memiliki suara mayoritas.
Mengenai protes yang terjadi di seluruh Prancis, Veran mengatakan, pemerintah memahami bahwa rakyat harus didengar, tetapi kekerasan tidak dapat dan tidak akan ditoleransi. Sebagian besar pengunjuk rasa adalah anggota serikat pekerja atau rakyat biasa yang menggunakan haknya untuk protes, tetapi Veran menuduh bahwa ada juga yang ingin menabur perselisihan di negara ini.
Veran mengatakan pemerintah ingin memastikan bahwa kekerasan tidak menjadi ciri utama protes.
“Untuk itu, saya menyerukan kepada semua kekuatan politik untuk menegaskan bahwa kekerasan tidak memiliki tempat di masyarakat,” ujar juru bicara itu.
Sepeti diberitakan sebelumnya, demonstrasi menolak perubahan aturan pensiun di Prancis terus bergejolak dan berujung rusuh.
Sebanyak 457 orang ditangkap dan 441 aparat keamanan luka-luka selama aksi mogok kerja massal diwarnai protes tersebut.
Demo ini bermaksud untuk menentang reformasi kenaikan usia pensiun yang dicetuskan oleh pemerintahan Presiden Emmanuel Macron tetapi diwarnai provokasi dari kelompok anarkis.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, pada Jumat (24/3) lalu menuturkan, selain bentrok antara demonstran dan aparat keamanan, 903 kasus kebakaran juga dilaporkan terjadi di jalanan Kota Paris sejak serangkaian protes dimulai pada Januari 2023 lalu.
“Ada banyak demonstrasi dan beberapa di antaranya berubah menjadi kekerasan, terutama di Paris,” kata Darmanin.
Dia kemudian memberikan pujian kepada para aparat keamanan atas keberhasilannya melindungi lebih dari satu juta demonstran yang berhamburan di jalanan penjuru Prancis, sehingga tak ada korban jiwa yang dilaporkan sejauh ini.
Para kelompok anarkis itu mengenakan penutup kepala seperti kerudung dan penutup wajah seperti masker, mereka tampak memecahkan jendela-jendela toko dan membakar tumpukan sampah yang tidak terangkut.
Aksi mogok massal dan protes skala nasional di Prancis telah berdampak pada berbagai sektor penting, yang sebagian besar pesertanya terdiri dari anggota serikat pekerja —termasuk petugas kebersihan.
Imbasnya, layanan transportasi, tenaga kerja di distribusi kilang minyak, ketersediaan bahan bakar, guru di sekolah-sekolah berkurang —hingga tumpukan sampah pun menodai jalanan indah Kota Paris lantaran para petugas kebersihan yang ikut mogok kerja.

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media