Friday, 17 May 2024

Search

Friday, 17 May 2024

Search

Peran Baru Kota Jakarta dan Prospek Properti Barat Jakarta yang Memiliki Value of Life

Alvin Andronicus dan Soelaeman Soemawinata.

TANGERANG—Jakarta telah resmi melepaskan statusnya sebagai Ibu Kota Indonesia setelah UU DKJ (Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta) disahkan pada 28 Maret 2024 lalu. Daerah Khusus Jakarta atau DKJ akan menjadi sebutan baru untuk Jakarta ke depannya.

         Selepas tidak menjadi Ibu Kota Indonesia, Jakarta disiapkan menjadi kota global dan pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Untuk menjadi kota global maka paradigma pembangunan Jakarta ke depan harus berfokus kepada economic growth atau pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing sebagai pusat finansial dan investasi dunia.

         Soelaeman Soemawinata, Ketua Badan Kejuruan Teknik Kewilayahan dan Perkotaan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) menyatakan, menurut teori ada 8 syarat Jakarta menuju kota global.

Menurutnya, yang sudah terpenuhi hanya 3 saja, yaitu populasi yang besar, adanya perusahaan multinasional dan dominasi ekonomi nasional.

         Menurutnya lagi, 5 syarat yang belum dipenuhi Jakarta Sebagai kota global yaitu terkait belum seragamnya pembangunan di Jakarta (Hi Degree of Urban Development), kemudian unsur significant and globalized financial sector tak ada.

Selanjutnya unsur well developed transportation infrastructure yang kurang maksimal dan tidak simpel. Kemudian globally influential output of ideas;Innovations, or Cultural Products.

         “Seperti soal urban development, Jakarta masih bermasalah dengan banjir, kawasan kumuh hingga tranportasi yang kurang terpadu. Selain itu sistem tranportasi yang ada juga belum luas pelayanannya dan tidak simpel,” jelas Soelaeman Soemawinta dalam Elevee Media Talk, di Alam Sutera, Tangerang Selatan, Senin (29/4).

         Tak dipungkiri sebagian besar kota di dunia, termasuk Jakarta, pembangunannya dilakukan oleh swasta. Lihat saja di kawasan CBD Jakarta seperti Thamrin, Sudirman dan kawasan Kuningan pembangunan gedung perkantoran dan lainnya dikembangkan oleh swasta.

         Demikian pula dengan kawasan Bodetabek (Bogor Depok, Tangerang, Bekasi) pembangunan yang ada dikembangkan oleh swasta. Pemerintah selaku regulator terhadap pengembangan properti harus mendorong kemudahan regulasi agar penataan lebih baik dan maksimal.

         “Catatan saya, di Bodetabek hampir 50 ribu hektar pihak swasta melakukan pembangunan dengan konsep skala besar, dan berhasil mengubah wajah kawasan yang dikembangkannya. Contohnya, di sekitar Serpong, Tangerang hampir 10 ribu hektar. Selain itu juga banyak pengembangan dari 10 – 100 hektar yang dilakukan swasta di Bodetabek,” jelas Eman, nama panggilan Soelaeman Soemawinata yang juga sebagai Dewan Kehormatan Realestat Indonesia (REI).

Jakarta dan Peran Kawasan Sekitarnya

         Pengembangan skala besar bisa memberikan kontribusi terhadap pembangunan infrastruktur perkotaan. Contohnya, di Alam Sutera dari exit toll hingga ke dalam kawasannya mendorong akses publik dan menggerakkan perekonomian.

“Kenapa kawasan Bodetabek berkembang, di awal tahun 1990-an ada master plann development yang merancang T Access ke arah barat dan timur Jakarta, ke selatan terbatas karena sebagai daerah resapan air. Barat dan Timur Jakarta berkembang pesat namun memiliki karakter berbeda dalam pengembangnnya, PDB (pendapatan domestik bruto) di Timur (Bekasi) jauh lebih besar dari PDB daerah lainnya. Value of economic ada di Bekasi. Sedangkan di Barat value of life,” terang Eman.

         Sekarang ini sekitar Jakarta bukan lagi berperan sebagai kota penyangga. Regional economic growth bukan lagi di Jakarta. Bahkan kapus atau universitas yang bagus bukan berada di Jakarta. Sehingga peran sub urban bukan lagi di Jakarta, tapi sudah berdiri sendiri. Kawasan sekitar Jakarta menjadi pusat ekonomi regional. Dan untuk kawasan hunian, kawasan Barat Jakarta jadi barometer perkembangan properti di Tanah Air karena memiliki infrastruktur kawasan yang bagus.

         Pada kesempatan yang sama, Alvin Andronicus, Chief Marketing Officer Elevee Condominium menegaskan, masyarakat berduyun-duyun ke barat Jakarta dan telah menjadi new territory yang menjanjikan. Selain itu, salah satu faktor berkembangnya properti di Barat Jakarta adalah konsep township development yang dikembangkan secara terencana.

         “Faktor lain yang juga menjadi penentu sebuah pengembangan skala kota seperti Alam Sutera menjadi kawasan yang diminati konsumen dan jadi trend setter adalah faktor manajemen kota atau  yang memberikan rasa aman dan nyaman bagi siapa saja yang ada di dalamnya. Sehingga apa yang disebut value of life itu memang nyata ada, dan dirasakan,” jelas Alvin.

         Menurutnya, value ini memerlukan waktu panjang, kita (Alam Sutera) hampir 30 tahun membangun kawasan seluas 800 hektar ini. Dan produknya terus berkembang, berawal dari konsep landed house bergaya cluster dan kita adalah pelopor konsep tersebut.

         “Dan saat ini kita mengembangkan produk superblok, seperti Elevee Condominium yang tak hanya berkonsep sebagai hunian vertikal saja tapi dilengkapi dengan beragam fasilitas untuk kebutuhan penghuninya tapi juga forest park seluas 4 hektar. Dimana Elevee Condomium berada dalam kawasan yang dinamakan Escala seluas 19 hektar yang juga dilengkapi area komersial,” jelas Alvin yang menegaskan bahwa dalam waktu dekat tower pertama Elevee Condominium akan melakukan topping off. ***

Sukris Priatmo

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media