Saturday, 04 May 2024

Search

Saturday, 04 May 2024

Search

Pembunuhan Massal di Uganda, 37 Siswa Tewas, 20 Pelaku Ditangkap

Sebanyak 20 pelaku pembantaian massal yang tewaskan 37 siswa di sekolah di wilayah Uganda barat.

UGANDA –  Dua puluh orang yang diduga sebagai pembantai puluhan orang di salah satu sekolah di  Uganda barat, telah ditangkap pihak kepolisiann setempat. Mereka  dituduh membantu kelompok pemberontak terkait ISIS .

Jumlah korban tewas yang dibatai kelompok tersebut ada 42 orang, termasuk 37 siswa. Aksi pembantaian itu tejadi pada Jumat (16/6) lalu,  ketika anggota kelompok pemberontak Allied Democratic Forces (ADF) menyerang Sekolah Menengah Lhubirira di Mpondwe. Mereka membacok dengan parang dan membakar asrama. Puluhan orang tewas mengenaskan di tempat itu.

Enam orang lainnya diculik. Seorang juru bicara Kepolisian Uganda, Fred Enanga, mengatakan kepada CNN pada Senin (19/6), bahwa 20 tersangka kolaborator ADF telah ditangkap, tetapi tidak ada anggota kelompok milisi yang sebenarnya.

Penangkapan tersebut mengikuti pengungkapan pihak berwenang sebelumnya bahwa ADF mungkin menghabiskan waktu berhari-hari untuk merencanakan serangan dengan bantuan penduduk lokal di kota.

Sekolah Lhubirira terletak di kota Kasese, yang berada di sepanjang perbatasan negara dengan Republik Demokratik Kongo, dengan siswa berusia antara 13 dan 18 tahun.

Korban termuda dalam serangan pada Jumat (16/6) itu baru berusia 12 tahun.

Juru Bicara Kepolisian Uganda Fred Enanga mengatakan, sebanyak 25 mayat telah ditemukan dari sekolah dan dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Bwera.

UBC Television melaporkan pada Senin (19/6),  keluarga yang berduka telah mulai mengambil jenazah orang yang mereka cintai dari kamar mayat setempat untuk dimakamkan.

Sementara itu, Presiden Uganda Yoweri Museveni dalam sebuah pernyataan pada Minggu (18/6/2023) menggambarkan serangan itu sebagai kriminal, putus asa, teroris dan sia-sia.

Dia juga mengatakan dia mengerahkan lebih banyak pasukan ke bagian barat negara itu dan melintasi perbatasan Uganda dengan Kongo untuk mengejar para penyerang.

“Terutama sekarang Pemerintah Kongo mengizinkan kami untuk beroperasi di sisi Kongo juga, kami tidak memiliki alasan untuk tidak memburu teroris ADF hingga punah,” terangnya.

Pasukan keamanan Uganda telah berjuang untuk mengendalikan ADF, yang terus mendalangi serangan mematikan baik di negara maupun di Kongo, dari pegunungan perbatasan antara kedua negara.

Setidaknya 12 jemaah tewas dan sekitar 50 terluka ketika sebuah bom diledakkan oleh ADF di sebuah kebaktian gereja di provinsi Kivu Utara Kongo pada Januari lalu. ADF yang terkait ISIS ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat (AS) pada 2021 dan diberi sanksi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2014. ***

Osmar Siahaan

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media