Saturday, 04 May 2024

Search

Saturday, 04 May 2024

Search

Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung Bantu Warga Keturunan Tionghoa Pahami Jejak Leluhur

Para pengurus dan anggota dua ormas Tionghoa berfoto bersama Rao Shu Sheng, Wu Han Wei, Lin De Huan di Rumah Abu Seratus Marga.

BANDUNG—Puluhan tahun lalu, sekolah Tionghoa ditutup, seiring dengan hal itu warga Tionghoa yang ingin bersekolah hanya bisa belajar di sekolah setempat.

Dan orang-orang tidak lagi berani berbahasa Mandarin. Berbagai informasi terkait budaya dan negeri leluhur juga banyak yang hilang. Pembelajaran bahasa Tionghoa terputus.

Sejumlah generasi warga Tionghoa tidak lagi berbicara bahasa Tionghoa. Juga ada sejumlah orang yang merasa tidak perlu mempelajari bahasa yang aksaranya sulit dipelajari ini.

Belum lagi mengetahui atau memahami budaya Tionghoa, banyak orang bahkan menyembunyikan identitas mereka atau menyangkal bahwa mereka adalah keturunan Tionghoa.

Namun, dalam 30 tahun terakhir, hongshui telah berubah. Waktu ini dan waktu itu, masa kini dan masa lalu telah berbeda. Orang merasa mempelajari  bahasa Mandarin sangat penting.

Keinginan untuk mengetahui dan memahami budaya Tionghoa juga mulai timbul.

Karena itu, warga Bandung atau Jawa Barat yang ingin tahu tentang hal-hal terkait, mereka bisa datang ke “Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung” YDSP (Yayasan Dana Sosial Priangan) Bandung.

Ada banyak foto yang bisa dilihat di museum, dan foto-foto tersebut juga diberi keterangan dalam bahasa Indonesia dan Tionghoa. Sehingga pengunjung dapat memahaminya. Juga dapat memuaskan rasa ingin tahu mereka tentang budaya Tionghoa.

Pengunjung juga bisa mengetahui sejarah panjang perjuangan nenek moyang warga Tionghoa di Indonesia dan kontribusi mereka untuk negara Indonesia. Sehingga membuat orang merasa terhormat dan bangga menjadi Tionghoa.

Sebanyak 25 orang shijie rombonngan jemaat Buddhis Patma Visakha Bandung yang dipimpin Xu Lu Fa shijie Senin (10/4) lalu mengunjungi Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung.

Dengan didampingi Ketua YDSP Herman Widjaja, pengurus Fan Jun Fa, Wu Wen Fan, Rao Shu Sheng, Huang Wei Qiang, Chen Kai Ming dan lainnya, rombongan tersebut mengunjungi Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung dan Rumah Abu Seratus Marga.

Setelah kunjungan tersebut, banyak orang yang tiba-tiba tersadar bagaimana nenek moyang orang Tionghoa datang ke sini, bagaimana mereka berjuang, bagaimana mereka terlibat dalam Perang Kemerdekaan, nama asli sayuran, kue-kue dan lainnya.

Mereka semua merasa perjalanan tersebut bermanfaat, karena telah mengetahui banyak hal yang dilakukan para leluhur Tionghoa. Ketika mereka melihat papan nama keluarga mereka di Rumah Abu Seratus Marga, mereka bersorak gembira. Bahkan ada yang berpose di depannya sebagai kenang-kenangan.

Beberapa hari lalu, Ketua INTI Bandung Fan Jun Fa, Sekretaris Yang Xian Ren dan Ketua INTI Cimahi Chen Xiu Shan memimpin anggota untuk mengunjungi “Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung” Dan Rumah Abu Seratus Marga. Tujuannya agar anak cucu keturunan Tionghoa mengetahui dan memahami hal yang terkait dengan nenek moyang mereka.

Mereka mendengarkan penjelasan yang disampaikan Li Zhen Shan di auditorium lantai tiga sekaligus mengajukan banyak pertanyaan. Li Zhen Shan menjelaskannya dengan detail.

Herman Widjaja dan Li Zhen Shan saat memberikan penjelasan mengenai Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung juga memberikan kabar baik kepada pengunjung. Yaitu tahun depan tak jauh dari secretariat YDSP akan berdiri sebuah museum baru yaitu “Pusat Budaya Tionghoa Indonesia”.

Di dalam museum tersebut ada lebih banyak dan lebih lengkap hal-hal terkait keturunan Tionghoa dan berbagai budaya Tionghoa. Yang akan lebih memuaskan dahaga pengunjung akan pengetahuan tentang leluhur mereka. idn/din

Sukris Priatmo

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media