Saturday, 04 May 2024

Search

Saturday, 04 May 2024

Search

Kembangkan Transportasi Terintegrasi, Dishub KBB Terapkan Konsep Multiplier Effect 

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) KBB, Fauzan Azima.

NGAMPRAH- Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bandung Barat (KBB) berencana membangun dan mengembangkan aksesibilitas infrastruktur yang memiliki dampak multiplier effect atau efek berganda.

Pasalnya, selain mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan transportasi yang mudah dan nyaman, konsep multiplier effect tersebut diharapkan mampu mendongkrak potensi perekonomian dari berbagai sektor.

“Untuk di Bandung Barat baru ada transportasi yang terintegrasi dari Stasiun Padalarang, yakni objek wisata Dusun Bambu dengan free shuttle yang melayani penumpang kereta cepat dari Stasiun Halim Jakarta yang turun di Stasiun Padalarang, KBB, dengan layanan rute ke objek wisata Dusun Bambu Outdoor Dining Resort di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, KBB,” kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) KBB, Fauzan Azima, Rabu (28/2).

Kedua, sambung Fauzan, layanan transportasi baru bus Trans Metro Pasundan 2D sebanyak 20 unit dengan rute Kota Baru Parahyangan, Stasiun Whoosh Padalarang, Cimahi, hingga Alun-Alun Bandung.

“Layanan shuttle bus tersebut merupakan hasil kerjasama Dishub Jabar dan pengembang perumahan Kota Baru Parahyangan,” ucapnya.

Selain transportasi darat, terang Fauzan, Kabupaten Bandung Barat juga memiliki potensi pengembangan transportasi berbasis perairan, seperti di Waduk Cirata yang berada di Kampung Cijuhung, Kecamatan Cipeundeuy dan perairan Waduk Saguling.

“Tak hanya di Waduk Cirata, potensi angkutan terintegrasi perairan juga ada di wilayah selatan KBB. Tepatnya, di kawasan perairan Saguling, mulai dari Padalarang, Cikebluk, Cihampelas, Ciririp dan Cililin,” terangnya.

Menurutnya, penerapan konsep multiplier effect di kawasan perairan tersebut harus berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) untuk pengelolaan wisata air, Dinas Perikanan, aparat kewilayahan yang dilewati jalur sungai hingga pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah tersebut.

“Kita bisa kolaborasi dengan semua pihak agar menghasilkan efek domino bagi masyarakat sekitarnya,” tuturnya.

Dengan begitu, sambung Fauzan, pengembangan aksesibilitas infrastruktur transportasi berbasis perairan ini mampu menjadi magnet bagi masyarakat dalam dan luar Bandung Barat bisa tertarik untuk berkunjung ke wilayah selatan.

“Multiplier effectnya semakin banyak orang yang datang dan betah berada di wilayah perairan selatan KBB bisa menarik orang untuk berinvestasi, seperti membangun hotel, kafe hingga restoran,” paparnya.

Namun, sambung Fauzan, sebelumnya hal itu harus ditunjang dengan akses infrastruktur yang mumpuni, baik dari aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan.

“Mungkin aspek-aspek itu tidak kelihatan. Tapi punya multiplier effect yang luar biasa besar bagi seluruh pihak. Itu untuk potensi di perairan wilayah selatan,” ungkapnya.

Sedangkan untuk di kawasan utara, lanjut Fauzan, pihaknya tengah melakukan kajian studi kelayakan rencana pembangunan transportasi cable car atau kereta gantung dengan rute Padalarang-Lembang.

“Kalau di kawasan utara kita gaungkan cable car atau kereta gantung karena ada view atau pemandangan alam sebagai nilai jualnya,” ujarnya.

“Kalau misalnya layak, kita lanjut membuat Detail Engineering Design (DED) dan kita gandeng kementerian dan pemerintah,” sambungnya.

Kemudian untuk transportasi darat di kawasan utara Bandung Barat, pihaknya pun berencana menyiapkan TMP dengan rute Lembang ke Ledeng. Sehingga, kian mempercepat waktu perjalanan.

“Namun, hal itu pun harus diimbangi dengan kenyamanan yang dibutuhkan masyarakat. Karena, seperti kereta cepat dan transportasi saat ini sudah mulai dilengkapi dengan AC dan seat yang nyaman,” tandasnya.***

Prayan Purba

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media