Saturday, 18 May 2024

Search

Saturday, 18 May 2024

Search

Juni Puncak Musim Kemarau, Jakarta akan Kembali Dihantui Polusi

Gedung-gedung bertingkat yang diselimuti polusi udara di pusat kota Jakarta pada Desember 2023.

JAKARTA- Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Albert Nahas memprediksi Jakarta akan memasuki musim kemarau pada Mei 2024 dan akan mencapai puncaknya pada Juni 2024. Bersamaan dengan itu, Jakarta diprediksi akan kembali dihantui polusi udara.

Ia mengatakan dampak fenomena iklim global juga memiliki pengaruh terhadap PM2.5 yang merupakan salah satu partikel polutan.

“Fenomena iklim global bisa memengaruhi iklim di Indonesia, yang juga berakibat ke kondisi PM2.5 diantaranya adalah El Nino, La Nina, dan Dipole Mode Positif/Negatif,” jelasnya melalui keterangan, Minggu (5/5).

Ia menjabarkan bahwa La Nina mempengaruhi konsentrasi PM2.5 di Indonesia dan membagi wilayah Indonesia menjadi dua wilayah timur dan barat berdasarkan respon PM2.5 terhadap La Nina.

“Salah satu dampaknya adalah konsentrasi PM2.5 cenderung tinggi pada malam hari hingga pagi hari dan rendah pada siang hari,” ungkap Albert.

Albert juga menegaskan bahwa bagaimanapun kondisi iklim global yang terjadi, kualitas udara akan bergantung terhadap sumber emisi di wilayah tersebut.


Kurangi Emisi Kendaraan Bermotor

Sementara, Project Manager untuk Clean Air Catalyst dari World Resources Institute (WRI) Indonesia, Satya Budi Utama mengatakan antisipasi pemerintah daerah perlu dilakukan, mengingat Jakarta pernah dilanda polusi buruk pada 2023.

“Pemprov DKI belajar dari kejadian tahun 2023. Agar Pemerintah siap untuk mengantisipasi situasi dimana ada pengaruh panjang polusi udara karena panjangnya musim kemarau,” ujarnya.

Menurutnya, seharusnya pemerintah harus bersinergi dengan berbagai pihak dalam merespons perubahan iklim, salah satunya dengan bersinergi mengantisipasi polusi dari emisi sektor transportasi.

“Sejalan dengan strategi pengendalian pencemaran udara, sebenarnya yang kami lakukan sekarang adalah mengupayakan antisipasi terhadap pengurangan polusi meskipun sektornya ada transportasi. Ini bukan hanya dikerjakan oleh satu pihak saja,” ungkap Tomi.

Saat ini, pihaknya terus mengkaji pengembangan kawasan rendah emisi serta mendorong terjadinya perubahan atau transisi dari penggunaan kendaraan pribadi ke dalam sistem transportasi umum di Jakarta.

“Ini merujuk pada perilaku di mana individu atau masyarakat secara bertahap meninggalkan penggunaan kendaraan pribadi mereka dan beralih ke menggunakan transportasi umum untuk perjalanan mereka di Jakarta,” ujarnya. ***

Prayan Purba

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media