Sunday, 05 May 2024

Search

Sunday, 05 May 2024

Search

Gerbang Kedutaan Besar Iran di Riyadh Dibuka  Pertama Kalinya Sejak Tujuh Tahun Terakhir

RIYADH (IM)– Normalisasi hubungan Arab Saudi dan Iran kian nyata. Gerbang Kedutaan Besar Iran di Arab Saudi kembali terbuka pada Rabu (12/4) untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun. Hal itu menandai lembaran baru hubungan diplomatik kedua negara. 

Gerbang kompleks Kedutaan Besar Iran di Riyadh dibuka oleh sekelompok tim yang memeriksa bangunannya. Sebuah truk putih terlihat tiba di pintu gerbang. Misi diplomatik dibuka beberapa jam setelah Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan delegasi teknis tiba di Saudi.

“Delegasi Iran akan mengambil tindakan yang diperlukan di Riyadh dan Jeddah untuk mendirikan Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani.

Sebelumnya misi tersebut telah ditutup sejak Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada 2016. Kedutaan Saudi di Teheran digeruduk massa selama perselisihan antara kedua negara atas eksekusi seorang ulama Syiah oleh Riyadh. Saudi kemudian meminta diplomat Iran untuk pergi dalam waktu 48 jam. Saudi juga mengevakuasi staf kedutaannya dari Teheran.

Hubungan kedua negara mulai memburuk setahun sebelumnya, setelah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab campur tangan dalam perang Yaman. Kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran telah menggulingkan pemerintah yang didukung Saudi dan mengambil alih Ibu Kota, Sana’a.

Riyadh menuduh Iran mempersenjatai Houthi. Kelompok Houthi kemudian menyerang kota-kota Saudi dengan drone bersenjata dan rudal balistik.

Pada 2019, Kerajaan Saudi menyalahkan Iran atas serangan terhadap fasilitas minyak Aramco, yang melumpuhkan setengah dari produksi minyaknya. Iran membantah tuduhan itu. Permusuhan antara dua musuh bebuyutan regional ini memicu perselisihan di sekitar wilayah tersebut.  

Pada Maret, Saudi dan Iran sepakat untuk mengakhiri keretakan diplomatik dan membuka kembali misi diplomatik mereka dalam kesepakatan yang ditengahi oleh Cina. Menteri luar negeri kedua negara bertemu di Beijing awal bulan ini untuk pertemuan formal pertama para diplomat tinggi mereka.

Pejabat Saudi juga tiba di Iran untuk membahas prosedur pembukaan kembali Kedutaan Besar Riyadh di Teheran dan Konsulat di Mashhad. 

Perdamaian kedua negara itu juga membuka gerbang perdamaian di Timur Tengah. Duta Besar Arab Saudi untuk Yaman Mohammed Al-Jaber mengonfirmasi kabar tentang adanya pembicaraan gencatan senjata antara delegasi negaranya dan kelompok milisi Houthi. 

Delegasi Oman turut serta dalam pembicaraan tersebut. Saudi dan Iran selama ini terlibat dalam perang proksi di Yaman.

“Saya mengunjungi Sanaa (ibu kota Yaman) bersama dengan delegasi dari persaudaraan Kesultanan Oman untuk menstabilkan penghentian pertempuran dan gencatan senjata,” tulis Al-Jaber lewat akun Twitter resminya.

Al-Jaber mengungkapkan, dia juga ingin mendukung proses pertukaran tahanan dan mengeksplorasi tempat dialog antara para perwakilan di internal Yaman guna mencapai solusi politik yang komprehensif dan berkelanjutan. 

Sebelum Al-Jaber mengonfirmasi perjalanannya ke Sanaa, media Houthi, pada Minggu (9/4) lalu, telah terlebih dulu mempublikasikan foto dirinya tengah bersalaman dengan pemimpin Houthi, Mahdi al-Mashat.

Seorang sumber di pemerintahan Yaman mengungkapkan, Saudi dan Houthi pada prinsipnya sudah menyetujui gencatan senjata baru selama enam bulan. Hal itu guna membuka jalan bagi pembicaraan tentang proses “transisi” di Yaman yang ditargetkan selama dua tahun.

Saudi mulai bergerak untuk mengakhiri konflik Yaman sejak menyepakati pemulihan hubungan diplomatik dengan Iran. Wall Street Journal dalam laporannya 16 Maret lalu mengungkapkan, Iran telah setuju menyetop pasokan senjata Houthi di Yaman. 

Hal itu karena sudah tercapainya kesepakatan rekonsiliasi dengan Riyadh. Informasi itu diperoleh Wall Street Journal dengan mengutip sejumlah pejabat Saudi dan Amerika Serikat (AS).

Dalam laporannya Wall Street Journal mengungkapkan, Iran akan mendesak Houthi mengakhiri serangannya terhadap Saudi. Masih mengutip sumber-sumber yang sama, Wall Street Journal mengatakan, jika Iran berhenti mempersenjatai Houthi, hal itu dapat menekan kelompok tersebut untuk mau berunding serta mengakhiri konflik di Yaman.

Konflik di Yaman secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Saudi dan Iran. Perang di sana mulai berkecamuk sejak kelompok pemberontak Houthi mengambil alih kontrol ibu kota Sanaa pada September 2014. Houthi disebut memperoleh dukungan dan sokongan dari Iran.

Pada 2015, Saudi memimpin koalisi untuk melakukan intervensi militer di Yaman dan memberikan dukungan pada pasukan pemerintah. Saudi memang memiliki kekhawatiran terhadap Houthi. Ia memandang kelompok pemberontak itu sebagai ancaman terhadap keamanannya. Houthi memang telah beberapa kali melancarkan serangan udara dan drone ke Saudi. Itu menjadi respons mereka terhadap intervensi militer Riyadh di Yaman.

Konflik Yaman masih berlangsung hingga kini. Menurut PBB, perang di negara tersebut telah merenggut 223 ribu nyawa. Dari 30 juta penduduknya, 80 persen diantaranya kini bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. PBB telah menyatakan bahwa krisis Yaman merupakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia. tom

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media