Saturday, 04 May 2024

Search

Saturday, 04 May 2024

Search

Gempa Maroko Tewaskan 2.000 Orang, Kerajaan Umumkan Berkabung 3 Hari

Warga mengungsi dari rumah mereka setelah gempa bumi di desa Moulay Brahim, dekat pusat gempa, di luar Marrakesh, Maroko, Sabtu, 9 September 2023.

RABAT – Maroko mengibarkan bendera setengan tiang di semua bangunan sebagai selama tiga hari. Hal ini sebagai tanda masa berkabung nasional, setelah negeri itu diguncang gempa hebat yang menewaskan 2.000 orang.

Gempa berkekuatan M 6,8 melanda Marrakesh dan banyak kota Maroko pada Jumat (8/9) malam. Pusat gempa berada di Pegunungan High Atlas, 71 km barat daya Marrakesh – sebuah kota dengan status warisan dunia yang populer di kalangan wisatawan.

Namun guncangan juga terasa di ibu kota Rabat, sekira 350 km jauhnya, serta Casablanca, Agadir dan Essaouira.

Gempa menyebabkan kerusakan parah di berbagai wilayah terdampak. Di daerah pegunungan terpencil, seluruh desa dilaporkan rata dengan tanah.

Menurut laporan Kementerian Dalam Negeri yang dilansir Reuters, 2.012 orang tewas dan 2.059 orang terluka, termasuk 1.404 orang dalam kondisi kritis.

Ini adalah gempa bumi paling mematikan di Maroko sejak Agadir hancur akibat gempa berkekuatan 6,7 skala Richter pada 1960, yang menewaskan lebih dari 12.000 orang. Gempa yang terjadi pada Jumat juga merupakan gempa terkuat yang melanda Maroko selama lebih dari satu abad.

Raja Maroko Mohammed VI memerintahkan angkatan bersenjata untuk membantu tim penyelamat, dan warga Maroko menyumbangkan darah sebagai bagian dari upaya nasional untuk membantu para korban.

PBB menyatakan siap membantu pemerintah Maroko dalam upaya penyelamatannya – dan janji serupa juga datang dari beberapa negara termasuk Spanyol, Prancis, dan Israel.

Negara tetangganya, Aljazair, memiliki hubungan yang tidak bersahabat dengan Maroko dalam beberapa tahun terakhir, namun kini membuka wilayah udaranya untuk penerbangan kemanusiaan ke Maroko. Para penyintas gempa bumi bermalam di luar bangunan pada Sabtu, (9/9/2023) karena khawatir terjadinya gempa susulan. Penyintas di daerah pegunungan mengalami kesulitan mendapatkan air dan makanan karena lokasi yang sulit dijangkau. ***

Osmar Siahaan

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media