Sunday, 05 May 2024

Search

Sunday, 05 May 2024

Search

Dokter Urologi Anjurkan Pria Usia 50 Tahun Deteksi Kanker Prostat

JAKARTA(IM) — Masyarakat khususnya kaum pria dianjurkan untuk melakukan skrining atau deteksi dini kanker prostat saat memasuki usia 50 tahun. Karena umumnya pada usia tersebut risiko munculnya kanker prostat mulai meningkat.

Anjuran tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Urologi, dr. Rainy Umbas, dalam dialog interaktif seusai acara ‘5K Amazing Run’ di kawasan Car Free Day Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Minggu (25/2). 

Dialog bertajuk “Ambil Kendali, Lakukan Skrining Kanker” tersebut merupakan rangkaian peringatan Hari Kanker Sedunia 2024 yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes)  RI dan AstraZeneca Indonesia.

“Faktor risiko yang paling jelas adalah usia. Karena risiko kanker prostat di atas 50 tahun sudah meningkat,” kata dr. Rainy Umbas.

Menurut lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut, skrining di usia 50 tahun berlaku jika yang bersangkutan tidak memiliki riwayat keluarga penderita kanker prostat. Sementara, apabila terdapat anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit tersebut, dianjurkan untuk melakukan deteksi lebih dini lagi, yakni saat memasuki usia 40 tahun.

Dokter Rainy Umbas menyebutkan, 50 persen pasien kanker prostat di Indonesia baru melakukan deteksi ketika kondisi penyakitnya telah berada pada stadium lanjut. Karena itu, ia menilai deteksi dini kanker prostat sangat penting, karena jika ditemukan potensi kanker masih pada stadium awal, penanganan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang lebih baik.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kanker prostat adalah salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi pada pria. Menurut dr. Rainy, penyakit tersebut tidak memiliki tanda-tanda atau gejala khusus layaknya jenis kanker lain. 

Umumnya penderita kanker prostat sering merasakan kesulitan dalam menahan buang air kecil, terutama pada malam hari. “Kanker prostat itu barangnya aja gak kelihatan. Kalau kanker payudara kan kelihatan, kanker paru bisa terasa, namun kalau prostat tidak terasa, nah ini yang jadi persoalan,” ucap dr. Rainy.

Untuk itu, ia menekankan pentingnya mencegah kanker prostat sejak usia muda. Antara lain dengan menjalani pola hidup sehat seperti rutin berolahraga, mengonsumsi makanan tidak berlebihan, berjemur di bawah sinar matahari pagi, serta memperbanyak konsumsi buah dan sayuran terutama yang mengandung likopen.

“Di Indonesia banyak sekali sayuran yang berwarna merah seperti pepaya, tomat, semangka. Teh hijau juga salah satu cara mencegah kanker prostat, kemudian yang terutama dan banyak di tempat kita itu adalah produk-produk kedelai,” kata dr. Rainy.

Sebelumnya di tempat yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes, Eva Susanti menjelaskan, pihaknya melibatkan berbagai elemen di masyarakat dalam menyosialisasikan ajakan mendeteksi dini kanker.

“Kami selalu melakukan edukasi, kami mengajak LSM, tokoh masyarakat, dan tokoh agama untuk sama-sama memberikan edukasi mengajak seluruh masyarakat untuk melakukan skrining penyakit kanker. Kami pun telah menyiapkan peralatan dan sumber daya manusianya,” kata Eva.

Misalnya, sejak 2022, pemerintah telah melengkapi 10 ribu puskesmas dengan alat USG guna penanganan kanker payudara. Kemudian, pemerintah menyiapkan langkah penanganan kanker paru, yaitu dengan cara memasang CT-Scan di 514 rumah sakit di 514 kabupaten dan kota.

Sementara itu, pada kanker usus besar, yang merupakan kanker penyebab kematian nomor dua pada laki-laki, pemerintah akan memberikan alat kolonoskopi di 514 rumah sakit di 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. tom

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media