Sunday, 05 May 2024

Search

Sunday, 05 May 2024

Search

AS dan Filipina  Gelar Latihan Militer Gabungan Terbesar, Kerahkan 17 Ribu Tentara

MANILA— Amerika Serikat dan Filipina hari Selasa, (11/4) meluncurkan latihan militer terbesar mereka dalam beberapa dekade yang melibatkan latihan tembak dengan peluru dan amunisi tajam, termasuk serangan roket yang akan menenggelamkan kapal di perairan Selat Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan yang kemungkinan akan memicu kemarahan dari Tiongkok.

Seperti dilaporkan Associated Press pada Selasa (11/4), latihan tahunan oleh sekutu lama bernama Balikatan, yang berarti bahu-membahu dalam bahasa Tagalog, akan berlangsung hingga 28 April dan melibatkan lebih dari 17.600 personel militer.

Latihan militer ini akan menjadi tampilan kekuatan Amerika Serikat yang terbaru di Asia, di mana Washington berulang kali memperingatkan Tiongkok atas tindakan agresifnya di jalur laut yang diperebutkan di Laut Tiongkok Selatan dan terhadap Taiwan.

Pemerintahan Biden memperkuat busur aliansi di Indo-Pasifik untuk lebih memerangi Tiongkok, termasuk dalam kemungkinan konfrontasi atas Taiwan.

Hal ini sejalan dengan upaya Filipina di bawah Presiden Ferdinand Marcos Jr. untuk mempertahankan kepentingan wilayahnya di Laut Tiongkok Selatan dengan meningkatkan latihan militer bersama Amerika Serikat dan memperbolehkan pasukan Amerika Serikat untuk tinggal di lebih banyak kamp militer Filipina berdasarkan perjanjian pertahanan 2014.

Sekitar 12.200 personel militer Amerika Serikat dan 5.400 pasukan Filipina, ada 111 pasukan Australia mengambil bagian dalam latihan tersebut, menjadi yang terbesar dalam sejarah tiga dekade latihan militer Balikatan.

Kapal perang, pesawat tempur Amerika serta rudal Patriot, peluncur roket HIMARS dan anti-tank Javelins akan dipamerkan, menurut pejabat militer Amerika Serikat dan Filipina.

“Kami tidak memprovokasi siapa pun dengan hanya berlatih,” kata Kolonel Michael Logico, juru bicara Filipina untuk Balikatan, kepada wartawan menjelang awal manuver.

Dalam latihan dengan peluru serta amunisi tajam yang akan dilakukan pasukan sekutu di lepas pantai untuk pertama kalinya, Logico mengatakan pasukan Amerika Serikat dan Filipina akan menenggelamkan kapal target sepanjang 61 meter di perairan wilayah Filipina di provinsi barat Zambales bulan ini dalam serangan udara dan pemboman artileri yang terkoordinasi.

“Kami akan menyerangnya dengan semua sistem senjata yang kami miliki, baik darat, laut dan udara,” kata Logico.

Lokasi yang berhadapan dengan Laut Tiongkok Selatan dan seberang perairan dari Selat Taiwan kemungkinan akan menimbulkan kekhawatiran bagi Tiongkok, namun pejabat militer Filipina mengatakan manuver tersebut bertujuan untuk memperkuat pertahanan pantai negara dan tidak ditujukan kepada negara manapun.

Skenario lapangan semacam itu akan “menguji kemampuan sekutu dalam tembakan langsung gabungan, berbagi informasi dan intelijen, komunikasi antara unit-manuver, operasi logistik, operasi amfibi,” kata Kedutaan Besar AS di Manila.

Washington dan Beijing saling berhadapan saling gertak atas sengketa wilayah yang membara melibatkan Tiongkok, Filipina, dan empat pemerintah lainnya serta tujuan Beijing untuk mengambil alih Taiwan, dengan kekuatan jika perlu.

Tiongkok minggu lalu memperingatkan tentang peningkatan penempatan militer AS di wilayah tersebut. 

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning dalam konferensi pers rutin di Beijing mengatakan hal itu “hanya akan menyebabkan lebih banyak ketegangan dan kurangnya perdamaian dan stabilitas di wilayah itu.”

Latihan Balikatan dibuka di Filipina sehari setelah Tiongkok menyelesaikan tiga hari latihan tempur yang mensimulasikan blokade militer terhadap Taiwan, menyusul pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua Kongres AS Kevin McCarthy minggu lalu di California yang membuat Beijing murka.

Hari Senin, Armada ke-7 Angkatan Laut AS menempatkan kapal perusak berpemandu rudal USS Milius dalam jarak 12 mil laut dari Mischief Reef, sebuah tanah karang klaim Manila yang dikuasai Tiongkok pada pertengahan 1990-an dan diubah menjadi salah satu pangkalan pulau berlindung dari tujuh kepulauan Spratly yang menjadi sengketa di Laut Tiongkok Selatan.

Militer AS melakukan operasi “kebebasan berlayar” selama bertahun-tahun untuk menantang klaim wilayah yang luas dari Tiongkok di jalur yang sibuk tersebut. tom

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media