LONDON – Arsenal membuat London Utara menjadi merah usai menumbangkan Tottenham Hotspur 3-2 dalam lanjutan Liga Inggris yang berlangsung di Tottenham Hotspur Stadium, Minggu (28/4) malam WIB.
Seluruh gol Arsenal pada laga derby ini dicetak di babak pertama lewat bunuh diri Pierre-Emile Hojbjerg, Bukayo Saka dan Kai Havertz. Tottenham mencetak dua gol di babak kedua melalui Cristian Romero dan Son Heung-min.
Havertz sempat membobol gawang Tottenham di menit ke-12 namun dianulir karena Havertz sudah dalam posisi offside lebih dulu. Hasil ini pun membuat Arsenal mantap di puncak klasemen dengan 80 poin dari 35 laga. Tottenham di posisi kelima dengan 60 poin.
Walau menang, manajer Arsenal Mikel Arteta mengatakan, timnya menderita di laga itu. “Saya tadi berdoa di akhir pertandingan. Tadi itu adalah pertandingan yang sangat emosional. Ini adalah tempat yang sulit dikunjungi, dan sebuah tim yang sulit dilawan. Kami harus bekerja keras dan menderita,” ungkap manajer Spanyol itu di Sky Sports.
Ia pun mengaku ketar-ketir jika Arsenal gagal memenangi laga. “Spurs memaksa kami bertahan di babak pertama. Kami punya masalah dengan pressing tinggi, kami berkali-kali kehilangan bola dengan sangat mudah. Kami tampak mengancam lewat serangan-serangan balik. Mereka punya pemain-pemain di dalam kotak yang memancing anda bermain lebih dalam,” kata Arteta.
Kiper Arsenal David Raya gagal meneruskan tren clean sheet di laga tandang karena kesalahannya sendiri. Romero memaksimalkan blunder Raya untuk menciptakan gol balasan Spurs. Operan kiper Spanyol itu mengarah tepat ke Romero sebelum dituntaskan dengan sepakan ke sudut bawah gawang.
Gol Romero turut menghentikan tren clean sheet Raya di laga tandang Premier League. Sebelum kesalahan itu, Raya tidak tertembus pada enam pertandingan terakhir. Arteta menolak menyalahkan Raya.
“Itu bagian dari sepakbola. Saya tidak menyukai prinsip yang kami terapkan saat itu, dan orientasi bola. Setelahnya itu bisa terjadi. Anda keliru menilai situasinya, anda mencoba membuat operan, tapi anda tidak melakukannya dan kemudian ada memiliki keraguan dan mereka mencetak gol dan mengambil keuntungan dari situ,” tutur Arteta di Football.London.
Menurutnya, Raya menebusnya dengan performa bagus di fase akhir pertandingan. “Yang saya sukai adalah David melakukannya, dia mengangkat tangannya dan cukup terpukul, dan dia tampil sensasional selama 20 atau 25 menit terakhir permainan. Inilah yang saya sukai dari pemain-pemain saya,” lugas Arteta.
Dengan hasil itu Arteta berarti telah genap meraup 100 kemenangan di kompetisi ini sejak menukangi Arsenal pada akhir 2019. Ia mencapainya dalam 169 pertandingan, lebih cepat ketimbang Arsene Wenger.
Wenger sendiri baru mencapai 100 kemenangan saat melakoni 179 pertandingan. Sedangkan rekor 100 kemenangan tercepat masih dipegang Manajer Manchester City Pep Guardiola usai mengemas 100 kemenangan dalam 134 pertandingan.
Kemenangan ini berarti lebih penting lagi bagi Arteta karena Arsenal terus menghidupkan peluang juara. “Saya sudah melihatnya di sepanjang musim ini, dan mereka memberi saya alasan untuk percaya kami bisa juara setiap hari. Mereka punya motivasinya, jadi saya menduga bahwa mereka akan berusaha keras,” ucap Arteta terkait persaingan Arsenal dengan Man City.
Menurut catatan Squawka, hasil ini merupakan kekalahan terbesar yang pernah dialami Chelsea dari Arsenal di seluruh ajang. Manajer Mauricio Pochettino tak bisa menutupi kekecewaannya atas hasil memalukan ini. “Jelas saya sangat kecewa,” kata Pochettino.
Empat besar di Liga Inggris, setelah Arsenal, disusul Manchester City, Liverpool lalu dilengkapi oleh Aston Villa. Posisi The Villains di empat besar belum sepenuhnya aman dari kejaran Tottenham. Manchester United dipastikan gagal masuk empat besar musim ini. Mereka pekan ini tertahan 1-1 oleh Burnley di Old Trafford hingga tertaha di posisi keenam dengan 54 angka.***
