Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan bahwa kondisi warga Palestina di Gaza sangat memprihatinkan dan mengerikan.
Dia memperingatkan, “Apa yang kita saksikan saat ini mungkin merupakan kejahatan internasional yang paling serius.”
Dalam pidato yang dibacakan oleh wakilnya, Amina Mohammed, pada konferensi bantuan Gaza di Kairo, Guterres mendesak masyarakat internasional untuk “membangun fondasi bagi perdamaian yang berkelanjutan di Gaza dan di seluruh Timur Tengah.”
Dia menekankan dampak besar dari konflik tersebut dan kebutuhan mendesak untuk tindakan internasional.
“Malnutrisi merajalela. Kelaparan sudah di depan mata. Sementara itu, sistem kesehatan telah runtuh,” ujar dia.
Gaza kini memiliki tingkat amputasi anak per kapita tertinggi di dunia, dengan banyak anak yang kehilangan anggota tubuh dan menjalani operasi bahkan tanpa anestesi.
Sekretaris Jenderal juga mengkritik pembatasan ketat terhadap pengiriman bantuan, dengan menyatakan, “Masuknya barang ke Gaza sangat tidak mencukupi, tidak konsisten, dan tidak dapat diprediksi, seperti setetes air di lautan kebutuhan.”
Menurut statistik dari Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), hanya 65 truk bantuan yang dapat memasuki Gaza dalam sebulan terakhir, jauh berkurang dibandingkan dengan rata-rata 500 truk sebelum perang.
Pada bulan November, tidak ada bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza utara.
Badan-badan bantuan internasional telah berulang kali menyuarakan keprihatinan mengenai kondisi yang semakin memburuk di Gaza, memperingatkan bahwa warga sipil berada di ambang kelaparan.
Mereka mengatakan bahwa pengiriman bantuan ke daerah kantong Palestina telah mencapai tingkat terendah sejak perang dimulai.
UNRWA menyatakan bahwa semua upayanya untuk mengirimkan bantuan ke Gaza utara diblokir atau dihalangi oleh Israel antara 6 Oktober dan 25 November.