Pada pagi hari Rabu (27/11) waktu setempat, pasukan Israel kembali mengepung dan melancarkan serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina.
Dalam pernyataan resmi, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) mengungkapkan bahwa pasukan Israel melancarkan serangan ke Rumah Sakit Indonesia dengan menggunakan tank dan drone.
“Staf lokal Rumah Sakit Indonesia mengatakan, tank dan drone pasukan penjajah [Israel] menembaki semua jendela, atap rumah sakit, tangki air, dan fasilitas lain,” demikian rilis MER-C, Kamis (28/11).
Serangan itu mengakibatkan pemadaman listrik di fasilitas kesehatan Indonesia yang berada di Gaza.
Edy Wahyudi, relawan MER-C di Jalur Gaza, sebelumnya melaporkan bahwa sekitar 26 tank milik pasukan Israel mengepung Rumah Sakit Indonesia.
Serangan terhadap Rumah Sakit Indonesia oleh pasukan Israel bukanlah yang pertama kalinya. Pada akhir 2023, fasilitas medis ini juga menjadi sasaran serangan pasukan Zionis.
Pasukan Israel juga mengusir staf medis, pasien, dan warga yang sedang berlindung di Rumah Sakit Indonesia, memaksa mereka meninggalkan fasilitas tersebut.
Beberapa hari sebelum serangan, Israel menuduh Rumah Sakit Indonesia di Gaza sebagai tempat persembunyian dan markas bagi kelompok Hamas. Namun, tuduhan ini belum terbukti secara independen.
Namun, direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza membantah tuduhan Israel tersebut, menegaskan bahwa fasilitas medis tersebut hanya digunakan untuk memberikan perawatan kepada pasien dan tidak terlibat dalam kegiatan militer apapun.
Selama agresi di Palestina, Israel sering menyerang fasilitas medis dengan tuduhan bahwa tempat-tempat tersebut digunakan sebagai markas Hamas. Namun, tidak ada bukti yang mendukung tuduhan tersebut. Fasilitas medis yang diserang sering kali hanya berfungsi untuk memberikan perawatan kepada korban konflik, termasuk warga sipil yang tidak terlibat dalam pertempuran.
Selama agresi yang berlangsung, Israel secara intensif menggempur wilayah sipil di Palestina. Akibat serangan tersebut, lebih dari 44.000 warga Palestina tewas, banyak di antaranya adalah warga sipil yang tidak terlibat dalam pertempuran.