Sunday, 05 May 2024

Search

Sunday, 05 May 2024

Search

1 Hektar Lahan Permukiman di KBB Retak, Berpotensi Longsor di Musim Hujan

Foto udara Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat yang diterjang pergerakan tanah.

BANDUNG BARAT- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan lahan di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat sudah pada kondisi sangat labil.

Pergerakan tanah yang terjadi kini membentuk rekahan melingkar menyerupai tapal kuda, di mana bangunan SDN 1 Babakan Talang merupakan mahkota, permukiman tubuh, dam area persawahan bagian kaki dari pergerakan tanah. Rekahan akibat pergerakannya melingkar mengitari permukiman warga sampai menghancurkan bangunan sekolah dan puluhan rumah serta memutus akses lalu lintas masyarakat.

“Tanah yang bergerak sekitar 1,5 hektar, cuma ini bentuknya sudah tapal kuda sekali, jadi sudah siap untuk meluncur kalau ada hujan deras atau gempa bumi,” ungkap Kepala Sub Koordinator Gerakan Tanah Wilayah Barat PVMBG Badan Geologi ESDM, Sumaryono di Bandung Barat (Rabu 6/4).

Tanah tersebut masih sangat mungkin bergerak terlebih jika ada air hujan dengan intensitas tinggi masuk ke lapisan tanah. Hingga saat ini, retakan tanah di kampung tersebut sudah memanjang kurang lebih 200 meter. “Potensi pergerakan tanah masih ada tergantung input airnya. Untuk panjang retakan ini masih dalam proses pengukuran, kurang lebih panjangnya 100 sampai 200 meter,” kata Sumaryono.

Masyarakat diminta mewaspadai adanya pergerakan susulan yang bisa saja menggerus 20 meter dari area tapal kuda pergerakan tanah. Untuk itu selain masyarakat yang tinggal di tengah area tapal kuda, permukiman di samping tapal kuda dengan radius 20 meter juga diminta untuk mengungsi. “Untuk radius sendiri itu di kisaran 15 sampai 20 meter dari batas pergerakan tanah. Kita lihat di lokasi dengan radius 20 meter masih ada rumah yang rusak. Jadi 1 hektare area tapal kuda ditambah radius 20 meter,” ujarnya.

Sumaryono menjelaskan, pergerakan tanah ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Tingkat kemiringan lahan, lapisan batuan, curah hujan yang tinggi, dan saluran pengairan. Dalam lapisan bawah tanah kampung ditemukan adanya batuan lanau yang berselingan dengan batuan pasir.

Batuan lanau tersebut memiliki sedimen batuan lempung dengan sifat licin jika terkena air. Selain itu tingkat kemiringannya juga mempengaruhi kecepatan gelincir lapisan tanah di atasnya. Tingkat kemiringan dan lapisan batuan yang relatif licin ini diperparah dengan curah hujan yang tinggi menerjang wilayah tersebut. “Dari survey yang kami lakukan, ada erosi tanah di sungai Cidadap yang lumayan deras, artinya tahanan lereng juga secara tidak langsung akan erosi terus,” tandasnya. ***

Prayan Purba

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media