Friday, 29 March 2024

Search

Friday, 29 March 2024

Search

Xi Jinping Resmi Ditetapkan Jadi Presiden Tiongkok 3 Periode

Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping

BEIJING – Pemimpin Tiongkok, Xi Jinping (69), Jumat (10/3) secara resmi dilantik menjadi Presiden Tiongkok untuk periode ketiga. Setelah era pemimpin karismatik Tiongkok, Mao Zedong dan Deng Xiaoping, kini Xi dilihat sebagai sosok pemimpin paling kuat di negeri itu.
Sebelum resmi menjabat untuk ketiga kalinya sebagai Presiden Tiongkok, Xi telah secara resmi terpilih kembali sebagai Sekjen Komite Pusat Partai Komunis Tiongkok pada kongres nasional Oktober tahun lalu. Penetapan Xi sebagai presiden digelar di sela-sela Kongres Rakyat Nasional (NPC) yang digelar sejak hari Minggu lalu.
Tak hanya itu, dalam perhelatan yang digelar di Balai Agung Rakyat itu semua anggota delegasi yang mengikuti kongres – sebanyak 2.952 orang – secara aklamasi memilih Xi Jinping menjadi Ketua Komisi Militer Pusat. Pemungutan suara berlangsung sekitar satu jam dan penghitungan elektronik selesai dalam waktu sekitar 15 menit.
Selain memilih Xi, para anggota delegasi juga memilih Zhao Leji (66), sebagai ketua parlemen yang baru dan Han Zheng (68), sebagai wakil presiden yang baru.
Penetapan itu lantas diikuti pula oleh pernyataan kesetiaan oleh semua anggota delegasi kepada Konstitusi Tiongkok. Xi tampak mengangkat tangan kanannya dan meletakkan tangan kirinya di atas salinan Konstitusi Tiongkok.
“Saya bersumpah akan setia pada konstitusi Republik Rakyat China, menjunjung tinggi wibawa konstitusi, menjalankan kewajiban undang-undang, setia kepada ibu pertiwi, setia kepada rakyat,” ujarnya berjanji. Ia bersumpah untuk menunaikan tugasnya dengan jujur disertai dengan kerja keras.
Xi pun berjanjin untuk membangun Tiongkok sebagai negara sosialis modern yang Makmur, kuat, demokratis, beradab, harmonis dan hebat.
Dengan menjabat untuk ketiga kalinya, Xi menjadi Presiden Tiongkok dengan masa jabatan paling lama.
Pembatasan
Sebelumnya, selepas era Mao Zedong, Tiongkok sejatinya mencoba menghindari kultus individu dan pemerintahan yang cenderung diktator. Tiongkok modern – meskipun masih memperlihatkan indikasi otokratis – mencoba membangun kepemimpinan nasional yang lebih berbasis pada konsensus.
Upaya itu antara lain dilakukan dengan memberlakukan batasan masa jabatan presiden. Para pendahulu Xi Jinping, yaitu era Jiang Zemin dan Hu Jintao melepaskan kekuasaan mereka setelah menjabat presiden selama 10 tahun.
Pada tahun 2018, Xi menghapusnya. Penghapusan itu memungkinkan seorang presiden dapat berkuasa seumur hidup bila tidak ada politikus lain yang dipilih.
Penghapusan itu meruntuhkan pandangan banyak pihak saat Xi untuk pertamakalinya ditetapkan menjadi Presiden Tiongkok pada 2012. Ketika itu, sejumlah pengamat memperkirakan dia akan menjadi pemimpin Partai Komunis paling liberal dalam sejarah Tiongkok. Hal itu didasarkan pada profilnya yang rendah hati dan latar belakang keluarga.
Akan tetapi, 10 tahun kemudian, tampak bahwa gambaran itu berantakan. Xi kini menjadi pemimpin Tiongkok paling kuat sejak era Mao Zedong.
“Kita akan melihat Tiongkok lebih asertif di panggung global, dan bersikeras agar narasinya diterima,” kata Steve Tsang, direktur SOAS Tiongkok Institute, kepada Kantor Berita AFP.
Lebih lanjut Tsang mengatakan, di era Xi, Tiongkok pun akan mengurangi ketergantungannya pada dunia luar.
“Ia akan menjadikan Partai Komunis sebagai pusat pemerintahan, bukan pemerintah Tiongkok. Ini bukan kembali ke era Maois, tapi di mana Maois akan merasa nyaman,” tambah Tsang.
Terpisah, Adrian Geiges, salah satu penulis “Xi Jinping: Orang Paling Kuat di Dunia”, mengatakan kepada Kantor Berita AFP bahwa menurutnya Xi tidak termotivasi oleh keinginan untuk memperkaya diri sendiri.
“Itu bukan minatnya. Dia benar-benar memiliki visi tentang China, dia ingin melihat Tiongkok sebagai negara paling kuat di dunia,”kata Geiges.
Dijadwalkan, Xi akan menyampaikan pidato pada Senin mendatang saat sesi penutupan kongres. Sementara itu dalam dua hari ini, Xi disebutkan akan menunjuk atau menetapkan politikus yang dipilihnya untuk mengisi posisi teratas di cabinet.
Salah satu mitra dekat Xi yang disebut-sebut akan dipilih menjadi Perdana Menteri adalah Li Qiang. Saat proses pemilihan oleh anggota parlemen digelar pada Jumat, tampak Xi mengobrol santai dengan Li, yang duduk di sebelah kirinya.

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media