Friday, 19 April 2024

Search

Friday, 19 April 2024

Search

Waspadai Cekungan Bandung yang Berpotensi TImbulkan Kebencanaan Tinggi

Kawasan Bandung Utara (KBU) sebagai wilayah tangkapan air telah banyak berubah fungsi, daerah ini masuk cekungan Bandung.

BANDUNG- Cekungan Bandung merupakan daerah dengan potensi kebencanaan cukup tinggi, salah satunya adalah gempa yang diakibatkan sesar atau patahan.

Kawasan ini terdiri dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat atau daerah yang masuk dalam Bandung Raya Jawa Barat (Jabar), dikepung oleh sejumlah patahan dengan potensi gempa mencapai Magnitudo 6,8.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Kelas 1 Bandung, Teguh Rayahu di Bandung Rabu (4/1) mengatakan, ada beberapa sesar yang berpotensi menimbulkan gempa di wilayah Bandung. Di wilayah utara, terdapat sesar Lembang yang membentang sepanjang 30 kilometer mulai dari daerah Cilengkrang Kabupaten Bandung hingga Padalarang Kabupaten Bandung Barat.

“Di wilayah timur terdapat dua sesar yang diduga masih aktif, yakni sesar Cileunyi-Tanjungsari dan Sesar Cicalengka yang juga pernah tercatat menimbulkan gempa pada 18 Agustus 2000 dengan kekuatan sebesar Magnitudo 4. Kemudian pada 2 Oktober 2022 terjadi gempa berkekuatan Magnitudo 2,7 yang diakibatkan pergerakan Sesar Cileunyi-Tanjungsari,” jelasnya.

Sedangkan di wilayah Barat, papar Teguh Rahayu, terdapat sesar Cimandiri yang membentang dari Pelabuhanratu, sampai Gunung Burangrang dan Gunung Tangkubanparahu. Sesar ini memiliki potensi gempa Magnitudo 6,7. Di selatan, terdapat dua sesar yakni Garsela yang memiliki dua segmen yakni segmen Rakutai dan segemen Kencana.

“Memang yang menjadi perhatian banyak pihak adalah Sesar Lembang. Meski banyak mendapat perhatian namun tetap perlu juga diwaspadai keberadaan sesar lain, baik yang berada di wilayah Cekungan Bandung maupun daerah lain di Jabar,” lanjutnya.

Sedangkan di Jabar Teguh Rahayu juga mengatakan, juga terdapat sejumlah sesar, seperti Baribis-Kendeng dan Sesar Ciremai. Potensi getaran bisa juga dirasakan hingga Bandung apabila sesar lain di Jabar melepaskan energinya. Berdasarkan data yang ada, pencatatan gempa relatif baik, dimulai sejak 1963. Hal ini, kata Teguh, setelah instrumen kegempaan atau seismograf telah banyak dipasang di wilayah Jabar.

“Sejak 1963 sampai 2020, tercatat 29 kali gempa bumi yang diakibatkan oleh sesar-sesar yang ada dan gempa tersebut dikategorikan merusak. Sementara gempa-gempa kecil tercatat sangat banyak, setiap tahunnya tercatat ratusan gempa terjadi,” bebernya.

Misalnya kata Teguh Rahayu, rentang 2012 sampai 2015 rata-rata terjadi 76 kali gempa setiap tahunnya. Pada 2016 terjadi peningkatan menjadi 230 kali dan 2017 menjadi 514 kali. Pada 2018-2021 tercatat 636 pertahun dan 2022 sampai November tercatat 1.133 kali gempa yang diakibatkan oleh sesar-sesar di Jabar.

Beberapa sejarah kejadian gempa bumi yang pernah terjadi di sekitar wilayah Bandung yang diakibatkan oleh pergerakan sesar, antara lain gempa Patahan Lembang dengan kekuatan Magnitudo 6,8 semenjak 2.000 tahun lalu dan berlanjut gempa Magnitudo 6,6 yang terjadi sekitar 500 tahun lalu.

“Selain gempa besar itu, juga tercatat gempa lain berskala kecil dari tahun 1972, 1999, 2000, 2003,  2005 hingga 2011. Kurun waktu 2010 sampai dengan 2011 ada 9 kali gempabumi akibat Sesar Lembang, pada tanggal 18 Mei 2017 kembali lagi terjadi gempa bumi dengan kekuatan Magnitudo 2,9 yang juga diakibatkan oleh Sesar Lembang,” tambahnya. Menurut Teguh Rahayu, pada 2011 merupakan salah satu bukti kalau keberadaan Sesar Lembang harus diwaspadai. Pada 18 agustus 2011, Kampung Muril Rahayu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat porak poranda akibat gempa dengan kekuatan Magnitudo 3,3. Pegerakan Sesar lembang dengan titik gempa dangkal tersebut membuat ratusan rumah hancur. ***

Prayan Purba

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media