Thursday, 25 April 2024

Search

Thursday, 25 April 2024

Search

Tiongkok Tegaskan Kunjungan Xi Jinping ke Rusia Promosikan Pembicaraan Damai

BEIJING(IM) — Tiongkok mengatakan, bahwa kunjungan Presiden Xi Jinping yang baru saja selesai ke Rusia adalah perjalanan persahabatan, kerja sama, dan perdamaian. Beijing sekali lagi mengkritik Washington karena memberikan dukungan militer ke Kiev.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin pada Rabu(22/3), menegaskan kembali bahwa pihaknya tetap netral dalam konflik tersebut. “Tidak memiliki motif egois dalam masalah Ukraina, tidak berpangku tangan atau mengambil kesempatan untuk mendapatkan keuntungan sendiri,” ujar Wang.

“Apa yang telah dilakukan Tiongkok bermuara pada satu kata, yaitu mempromosikan pembicaraan damai,” kata Wang pada pengarahan harian.

Wang menuduh Amerika Serikat (AS) tidak memiliki kenetralan dan malah mengipasi api konflik dengan memberikan senjata pertahanan ke Ukraina untuk keuntungannya sendiri.

AS, aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan negara-negara mitra telah secara terbuka mendukung Ukraina sejak awal konflik pada Februari tahun lalu. Sedangkan Tiongkok secara luas dipandang memberikan dukungan ekonomi untuk rezim Putin sambil menghindari keterlibatan langsung.

“Kunjungan Presiden Xi Jinping ke Rusia merupakan perjalanan persahabatan, kerja sama, dan perdamaian, yang telah menimbulkan tanggapan positif di komunitas internasional,” kata Wang.

Menurung Wang, Beijing akan terus memainkan peran konstruktif dalam mempromosikan penyelesaian politik masalah Ukraina.  Dia merujuk pada proposal perdamaian 12 poin yang diajukan oleh Tiongkok yang menyerukan gencatan senjata dan negosiasi.

Dokumen tersebut telah ditolak oleh Barat, sebagian besar karena Beijing memiliki hubungan “tanpa batas” dengan Moskow tidak dilihat sebagai perantara yang tidak memihak. Proposal itu juga tidak menyinggung sedikit pun tentang penarikan Rusia dari wilayah Ukraina yang diduduki secara paksa.

Kunjungan Xi sangat dipromosikan oleh Tiongkok dan Rusia tetapi dibayangi oleh kunjungan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida ke Ukraina pada Selasa (21/3). Sekutu dekat AS dan saingan utama Tiongkok di Asia Timur ini melakukan perjalanan pada hari kedua kunjungan kenegaraan Xi di Rusia.

AS dan sekutu terus mengungkapkan kekhawatiran bahwa Tiongkok dapat menyediakan peralatan militer untuk melengkapi pembelian sumber daya energi Rusia dan penyediaan chip komputer untuk menjaga ekonomi Rusia tetap bertahan.

Laporan New York Times pada Selasa menyatakan, Rusia telah membeli lebih dari 12 juta dolar AS drone dan suku cadang drone dari Tiongkok pada tahun sejak invasi dimulai. Laporan tersebut mengutip data bea cukai resmi Rusia yang diberikan dari sumber yang tidak disebutkan.

Surat kabar itu mengatakan, sulit untuk menilai tentang drone itu mengandung teknologi AS. Dikatakan pengiriman termasuk produk dari DJI, yang merupakan salah satu pembuat drone komersial terkemuka dunia, serta perusahaan kecil, dan sering disalurkan melalui jaringan broker dan perusahaan ekspor yang lebih kecil.

Dalam komentar lain tentang Ukraina, Wang mengatakan, Rusia dan Cina sepakat bahwa Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) harus dipatuhi dan hukum internasional dihormati. Mereka menentang sanksi sepihak yang diberlakukan oleh AS dan lainnya untuk menghukum ekonomi dan pendukung keuangan Presiden Rusia Vladimir Putin.

“Kedua belah pihak menunjukkan bahwa solusi untuk krisis Ukraina harus menghormati masalah keamanan yang sah dari semua negara dan mencegah pembentukan konfrontasi blok dan mengipasi api,” kata Wang.

Wang tidak mengatakan sama sekali tentang surat perintah penangkapan yang dikeluarkan untuk presiden Rusia oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas tuduhan keterlibatan dalam penculikan ribuan anak dari Ukraina. Dalam pernyataan bersama yang ditandatangani di Moskow, Rusia dan Tiongkok menekankan perlunya menghormati masalah keamanan yang sah dari semua negara untuk menyelesaikan konflik, menggemakan argumen bahwa mengirim pasukan untuk mencegah AS dan NATO mengubah negara menjadi benteng anti-Rusia.

“Kedua belah pihak menekankan bahwa dialog yang bertanggung jawab adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini dengan mantap,” kata Wang.

Menurut Wang, untuk mencapai tujuan itu, masyarakat internasional harus mendukung upaya konstruktif yang relevan. “Kedua belah pihak menyerukan penghentian semua tindakan yang dapat menyebabkan situasi tegang dan perang yang berkepanjangan, untuk menghindari kerusakan lebih lanjut atau bahkan hilangnya kendali krisis,” ujarnya.

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media