Friday, 29 March 2024

Search

Friday, 29 March 2024

Search

Ribuan Rakyat Prancis Lanjutkan Penolakan Reformasi Pensiun

PARIS- Ratusan ribu orang terus berdemonstrasi di seluruh Prancis menentang regulasi yang disahkan Presiden Emmanuel Macron, yang menaikkan usia pensiun 62 menjadi 64 tahun. Bentrokan juga pecah antara demonstran dan polisi saat protes di sejumlah kota, termasuk Lyon, Nantes, dan Paris. 

Pengunjuk rasa di Paris sempat membakar tenda brasserie Left Bank La Rotonde, yang terkenal sebagai pusat perayaan Macron ketika memenangkan pemungutan suara putaran pertama dalam pemilihan presiden 2017. 

Polisi mengatakan beberapa ratus dari titik bentrokan terjadi secara luas di Paris. Sementara bentrokan juga terjadi di Lyon. Polisi menembakkan gas air mata setelah beberapa toko dijarah dan jendela bank dihancurkan demonstran. 

Kemudian, di Rennes, polisi menembakkan gas air mata dan pengunjuk rasa melemparkan proyektil ke petugas. Gerakan protes di Prancis telah meningkat selama dua setengah bulan sebagai penentangan kebijakan Macron untuk menaikkan batas usia pensiun dari 62 menjadi 64 tahun. 

Penolakan itu berbuah krisis politik paling serius dalam masa jabatan kedua Macron sebagai presiden. 

Setiap minggu, serikat pekerja telah memimpin pemogokan nasional dan berdemonstrasi yang kerap menimbulkan bentrokan dengan polisi. Serikat pekerja bersikeras orang Prancis akan terus dimobilisasi untuk membatalkan perubahan itu.

“Kami masih meminta agar reformasi itu dicabut,” kata Kepala Serikat CFDT sentris Laurent Berger.

Dia mengatakan kelompoknya dan rakyat Prancis akan terus melakukan demonstrasi hingga regulasi tentang reformasi pensiun itu dibatalkan.  

“Kita berada di tengah krisis sosial, krisis demokrasi,” katanya. Pemerintah Prancis telah menolak membatalkan perubahan pensiun. Semua pihak sedang menunggu keputusan pada 14 April oleh Dewan Konstitusi Prancis, yang mengevaluasi validitas regulasi tersebut.

Reformasi pensiun Macron disahkan tanpa persetujuan parlemen. Langkah ini membuat marah serikat pekerja dan menimbulkan banyak rakyat Prancis yang berunjuk rasa. 

Dewan Konstitusi yang memiliki kekuasaan untuk mencoret sebagian atau bahkan semua undang-undang, akan menilai perubahan pensiun berdasarkan interpretasi hukum yang ketat. Pakar konstitusi mengatakan dewan itu tidak mungkin membatalkan undang-undang tersebut sepenuhnya. Sekolah, kereta api, pesawat, dan kilang terkena dampak pemogokan terbaru pada Kamis (6/4). 

Protes berkepanjangan terhadap perubahan pensiun Macron telah menyebabkan popularitasnya turun. 

Marine Le Pen, yang saat ini memimpin partai oposisi terbesar di parlemen, tidak meningkatkan dukungan kepada pekerja berpenghasilan rendah.

Sebuah jajak pendapat menemukan bahwa Le Pen akan mengalahkan partai pengusung Macron hari ini jika pemilihan presiden musim semi lalu diulang. 

Survei, dari grup Elabe untuk BFMTV, menunjukkan Le Pen akan mendapat skor 55% dan partai pengusung Macron 45% jika mereka saling berhadapan dalam pemungutan suara putaran kedua sekarang. 

Fabien Villedieu, perwakilan serikat buruh Sud-Rail, mengatakan jika Prancis semakin tidak stabil maka akan mudah dirasuki paham paling kanan. 

“Prancis yang sedang sakit ini dapat dikuasai kelompok paling kanan, (partai Le Pen),” pungkasnya.

Seperti diberitakan, demonstrasi  menentang reformasi pensiun buatan Presiden Prancis Emmanuel Macron semakin liar dan didominasi bentrokan. 

Jajak pendapat terbaru atas aksi itu menunjukkan satu dari lima responden menyetujui penggunaan kekerasan. Sejak Januari, demonstrasi mingguan yang diselenggarakan oleh serikat pekerja telah menarik jutaan orang di seluruh Prancis. 

Sejak pekan lalu unjuk rasa ini selalu diwarnai kekerasan dengan lebih dari 400 pasukan keamanan terluka dan ratusan titik kebakaran di jalan-jalan Paris. tom

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media