Friday, 29 March 2024

Search

Friday, 29 March 2024

Search

Pertamina Geothermal Energy Siapkan Capex Rp3,8 Triliun

JAKARTA  – PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar USD250 juta atau sekira Rp3,8 triliun (kurs Rp15.260 per USD) pada 2023.

Direktur Keuangan PGEO Nelwin Aldriansyah menjelaskan, belanja modal pada 2023 dianggarkan sebesar USD250 juta atau naik 316,67% dibandingkan belanja modal pada 2022 sebesar USD60 juta.

“Penggunaan belanja modal pada 2023, di antaranya untuk pemeliharaan dan operasi wilayah kerja (WK) panas bumi yang sudah yang ada, pembangunan pembangkit listrik tambahan 55 MW di WK Lumut Balai, dan pembangunan infrastruktur pendukung tambahan,” ujar Nelwin, Kamis (23/3).

Disampaikan Nelwin, WK Lumut Balai Unit 2, yang saat ini konstruksi pembangkitnya masih berjalan, diharapkan dapat beroperasi secara komersial pada 2024.

Sebagai salah satu perusahaan panas bumi dengan kapasitas terpasang terbesar di dunia, Pertamina Geothermal Energy siap berinvestasi sebesar USD1,6 miliar dalam lima tahun ke depan guna mendukung peningkatan kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri sebesar 600 MW, dari 672 MW pada 2022 menjadi 1.272 MW pada 2027.

“Kunci untuk mendukung pertumbuhan pendapatan perseroan adalah peningkatan dan pertumbuhan kapasitas terpasangnya. Untuk mendukung pertumbuhan kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri sebesar 600 MW itu, perseroan sudah merencanakan investasi baru, yang total nilainya USD1,6 miliar,” ungkapnya.

Pada 2024, Pertamina Geothermal Energy menyiapkan investasi baru senilai total USD350 juta. Jika ditotal, PGE meyiapkan investasi senilai USD1,6 miliar sepanjang 2023-2027.

Sementara itu, Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM mencatat realisasi kapasitas terpasang dari sumber energi baru terbarukan (EBT) hingga 2022 mencapai 12.557 Megawatt (MW), lebih dari target sebesar 12.529 MW. Dari jumlah tersebut, 8.680 MW merupakan PLT EBT ongrid atau tersambung dengan jaringan listrik PLN, dan selebihnya atau 3.877 MW adalah PLT EBT offgrid.

Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana menjelaskan secara rinci, kapasitas terpasang EBT di 2022 terdiri dari PLT Bayu 154,3 MW, PLTS (271,6 MW), PLT Bioenergi (3.086,6 MW), PLT Panas Bumi (2.355,4 MW), dan PLT Air (6.688,9 MW).

Sementara itu, pada 2023, kapasitas pembangkit mencapai 12.925 MW, terdiri dari PLT Bayu 154,3 MW, PLT Surya (432,6 MW), PLT Bioenergi (3.144,8 MW), PLT Panas Bumi (2.368,4 MW), dan PLT Air (6.852,2 MW).

Dari total kapasitas terpasang energi panas bumi sebanyak 2.356 MW tersebut, PGE saat ini mengelola 13 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, sebanyak 672 MW dikelola langsung dan 1.205 MW melalui operasi bersama (join operation contract).

Adapun, kapasitas PLTP 672 MW (own operation) itu dibangkitkan dari 6 area, yaitu Kamojang 235 MW (Jawa Barat), Lahendong 120 MW (Sulawesi Utara), Ulubelu 220 MW (Lampung), Sibayak 12 MW (Sumatera Utara), Karaha 30 MW (Jawa Barat), dan Lumut Balai 55 MW (Sumatera Selatan).***

Vitus DP

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media