Wednesday, 24 April 2024

Search

Wednesday, 24 April 2024

Search

Perhimpunan INTI Gelar Seminar Pengaruh Budaya Tionghoa Dalam Budaya Indonesia

Teddy Sugianto, Robert Njo, Dahlan Iskan dan Novi Basuki berfoto bersama peserta seminar.

JAKARTA—-Perhimpunan INTI (Indonesia Tionghoa) menggelar seminar mengenai Pengaruh Budaya Tionghoa dalam Budaya Indonesia, Peluang dan Tantangan One Belt One Road untuk Indonesia.

         Seminar yang dilangsungkan di Kantor Sekretariat Perhimpunan INTI MGK Kemayoran, Jakarta, Senin (6/2) tersebut menghadirkan pembicara mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Penulis Buku Islam di Tiongkok Novi Basuki, dengan moderator Wakil Ketua Umum INTI Bidang Pendidikan Robert Njo.

Teddy Sugianto bersama Robert Njo memberikan baju Perhimpunan INTI ke Dahlan Iskan dan Novi Basuki.
Dahlan Iskan bersama Novi Basuki saat memaparkan materi seminar.

         Dahlan Iskan yang menjadi pembicara pertama memaparkan tentang tantangan dan hambatan budaya Tionghoa Indonesia.

“Sekarang kita tidak melulu bicara peran dan kontribusi namun harus bicara ke depan tantangan dan hambatannya,” ujar Dahlan Iskan.

Menurutnya bangsa Indonesia jika ingin maju juga harus melakukan perubahan seperti halnya yang dilakukan Tiongkok yang bisa maju pesat lantaran mau berubah, dimana negara tersebut menegakkan ideologinya dengan 4 kaki yaitu buruh, petani, pengusaha dan ilmu pengetahuan.

(Depan, ka-ki) Efendi Hansen, Dahlan Iskan, Andrie Wongso, Wihadi Sunito dan Makmun Hamsa.

Novi Basuki yang giliran berbicara di seminar tersebut menekankan bahwa yang perlu ditonjolkan saat ini bukan lagi kontribusi, namun mencari titik temu.

Karena jika menonjolkan kontribusi atau pengaruh maka ada yang tinggi dan rendah, sedangkan titik temu tidak ada yang tinggi dan rendah.

“Saya pernah mempelajari ajaran Tiongkok klasik, yang ternyata ada kesamaan dengan ajaran Islam. Tidak sedikit ajaran Tiongkok klasik ada kesamaan dengan ajaran Islam,” ujar Novi yang pernah menempuh gelar S1 sampai S3 di Tiongkok.

Para peserta seminar antusias mengajukan pertanyaan kepada pembicara.

Alumnus Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Jawa Timur itu mencontohkan Konfusius yang mengajarkan jalan tengah yaitu tidak mengikuti ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Di Islam juga diajarkan bahwa sebaik-baiknya akhlak adalah yang di tengah.

Contoh lainnya, sambung Novi, yaitu ajaran untuk menghormati orang tua. Ajaran ini ada di Konfusius dan Islam.

“Jadi tugas kedepan kita harus cari kesamaan bukan mencari perbedaan. Kita harus mencari persamaan dengan tetap mempertahankan keberagaman,” tegas Novi.

Seminar yang diikuti sekitar 200 peserta tersebut berlangsung hangat. Sejumlah peserta pun antusias mengajukan pertanyaan kepada pembicara.

Ketua Umum Perhimpunan INTI Teddy Sugianto pun mengaku senang seminar berlangsung sukses, karena dapat menarik banyak peserta.

Pada kesempatan tersebut Teddy Sugianto juga menyampaikan juga bahwa INTI saat ini memiliki sebuah aplikasi bernama Kodipest (Konten Digital Pesantren) yang berisikan tentang pendidikan seperti belajar bahasa Mandarin, Dakwah dari Ustad dan belajar konten digital.

Para peserta seminar antusias mengajukan pertanyaan kepada pembicara.

Dia pun meminta Dahlan Iskan dan Novi Basuki untuk menjadi dewan pelindung aplikasi Kodipest. Baik Dahlan Iskan dan Novi Basuki pun menyetujuinya.

Hal yang sama juga disampaikan Wakil Ketua Umum INTI Bidang Pendidikan Robert Njo. Dirinya tak menduga seminar yang dimoderatorinya bisa menarik minat banyak orang.

“Kami awalnya menargetkan peserta 100 orang, ternyata yang datang sekitar 200 orang, juga yang menyaksikan lewat zoom ada sekitar 500 an orang,” ujarnya.

Dia mengatakan, dalam seminar tersebut, pihaknya sengaja menghadirkan Dahlan Iskan dan Novi Basuki sebagai pembicara, karena keduanya begitu memahami tentang Tionghoa dan fasih dalam berbahasa Mandarin. Menurutnya, seminar seperti ini akan dijadikan program rutin Perhimpunan INTI. ***

Sukris Priatmo

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media