CIANJUR- Gempa bumi yang terjadi di Kabupaten Cianjur tahun lalu merenggut duka mendalam. Ada ratusan korban jiwa meninggal dunia akibat diguncang gempa berkekuatan 5,6 magnitudo.
Gempa meluluhlantakkan sebagian bangunan di Cianjur, tak hanya rumah warga saja, namun beberapa rumah ibadah termasuk masjid.
Pembangunan kembali bangunan masjid yang roboh dilakukan dengan mendirikan bangunan semi permanen, untuk memberikan fasilitas ibadah bagi umat muslim setempat. Dan Kecamatan Cugenang adalah wilayah yang paling parah menerima dampak guncangan gempa.
Menurut Direktur Masjid Nusantara, Pras Purworo, ada dua masjid yang dibangun dalam waktu 14 hari pasca gempa menimpa wilayah Cugenang.
“Masjid Al Hidayah ukurannya 10 ke 10 meter, dan Masjid Assalamah ukurannya 11 ke 8 meter,” kata Pras, 25 Januari 2023.
Masjid yang dibangun mampu menampung ratusan jamaah untuk warga melaksanakan sholat.
“Alhidayah bisa menampung 150 jamaah, kalau Assalamah 100 jamaah. Jadi bentukanya memang semi permanen. Alhidayah dibangun pakai material baja ringan dan spandek, Masjid Assalamah pakai material baja ringan, spandek, triplek dan bubble poil,” jelas Pras.
Pihak Desa Cibulakan, Nunuh Abdul Aziz mengatakan dengan kembali berdirinya masjid semi permanen warga diminta untuk memakmurkan kembali rumah ibadah.
“Semoga Masjid ini dari semi permanen menjadi permanen. Maka dari itu ketika nanti menjadi permanen untuk dimakmurkan khususnya bagi generasi muda,” kata dia.
Pihak MUI Kecamatan Cugenang, K.H. Zaenal mengingatkan jika bencana gempa yang terjadi di Cianjur adalah sebuah peringatan dari Allah SWT.
“Kita diberikan peringatan dari Allah SWT atas gempa ini, banyak hikmah dari bencana yang kita terima. Hikmah yg paling utama kita bisa silaturahmi bekerja sama dengan setiap lapisan masyarakat,” kata K.H. Zaenal. Berdasarkan catatan Kementerian Agama (Kemenag) terkait dengan bangunan masjid yang roboh akibat diguncang gempa, ada 21 bangunan masjid yang rusak parah. Termasuk dengan lima bangunan Kantor Urusan Agama (KUA) mengalami rusak. ***