Thursday, 28 March 2024

Search

Thursday, 28 March 2024

Search

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando Ingatkan Generasi Muda Sosok dan Pemikiran Bung Karno

Puti Guntur Sukarno (3 kanan), Kepala Perputakaan Nasional Muhammad Syarif Bando (2 kanan) berfoto bersama nara sumber seminar.

JAKARTA- Bung Karno dalam pidatonya pada tahun 1964 menyampaikan gagasan tentang Trisakti, yakni konsep yang  berdikari dalam ekonomi. Konsep inilah yang kemudian diinternalisasikan lewat diskusi memperingati bulan Bung Karno di Perpustakaan Nasional, Kamis (8/6).

Konsep kemandirian ekonomi yang digagas Bung Karno mengandung rujukan, nilai-nilai pemikiran, serta perjuangan sebagai proklamator, serta pejuang-pejuang lainnya sebagai pesan moral yang perlu diketahui bagi masyarakat.

Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando.

Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, mengatakan jika tujuan dari kegiatan ini untuk mengingatkan generasi muda tentang sosok Bung Karno, terutama dalam membangun kerangka berpikir induktif, yang biasa dilakukan Bung Karno bersama para founding fathers.

Pada perjuangan merebut kemerdekaan, Bung Karno merumuskan Pancasila, selalu melihat dan memahami langsung kondisi pada saat itu.

Namun, di era saat ini semangat perjuangan bukan lagi dipengaruhi bacaan buku. Tapi oleh media sosial yang tidak beraturan.

“Karena itu, kita perlu untuk mengembalikan filosofi dan dasar-dasar fundamental generasi muda, imbuhnya.

Puti Guntur Soekarno SIP

Sementara itu, salah satu cucu Bung Karno, Puti Guntur, mengatakan pidato sang kakek berbicara tentang falsafah Pancasila dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 silam, setelah menggali nilai-nilai yang ada di Indonesia.

“Pancasila ibarat bintang yang terang bagi bangsa ini. Hal itu juga berlaku bagi negara-negara lain di dunia,” ucapnya.

Peradaban, sambung Puti, tidak terlepas dari the power of idea. Hal itu yang membuat Bung Karno masih dihargai karena pemikirannya yang visioner dan tak lekang oleh waktu.

“Ketika ide dan gagasan (Bung Karno) masih diterima, pemikirannya juga takkan pernah mati sampai kapanpun, jelasnya.

Sementara itu, pemerhati Bung Karno, Suyatno, menyampaikan pentingnya berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri yang selalu digaungkan Bung Karno.

“Beliau selalu berbicara tentang fakta objektif. Bagaimana cara mengelola sumber daya alam agar tidak disedot negara asing,” sebutnya.

Intisari pemikiran Bung Karno, lanjutnya, dituangkan lewat dua kata, yakni revolusi Indonesia. Konsep perjuangan revolusi Indonesia memiliki pengertian perubahan mendasar, mendalam, dan cepat. Revolusi dilakukan untuk mengubah nasib suatu bangsa karena mengalami kesengsaraan, oleh sistem kapitalisme dan imperialisme.

 “Itu dimusuhi Bung Karno,  karena yang menelantarkan bangsa dan menyengsarakan rakyat,” katanya. 

(ki-ka) : Prof. Dr. Yudi Latif M.A. Ph.D, Dr. Suyatno, Msi dan Moderator Budi Kastowo, SE.

Mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Yudi Latief, menilai ditetapkannya Juni sebagai bulan Bung Karno dikarenakan ada beberapa peristiwa yang saling berkait erat, seperti lahirnya Pancasila, lahirnya Bung Karno, dan wafatnya beliau di bulan ini.

“Seperti ada afinitas antara sejarah bangsa dan Bung Karno sendiri,” ujarnya.

Yudi lantas mengutip ucapan Bung Karno yang sering mengatakan jika kemerdekaan tidak menyudahi permasalahan. Bahkan menambah masalah baru.

“Ada dua merdeka di dunia. Yakni negative liberty dan positive libert,” tambah Yudi.

Negative liberty dimaksudkan merdeka dari penjajahan, penaklukan dan lain sebagainya. Sedangkan positive liberty adalah merdeka untuk berdiri sendiri, mengolah potensi sumber daya alam serta merdeka untuk berkumpul, berserikat dan lain-lain,” tukasnya. bam

Prayan Purba

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media