Thursday, 28 March 2024

Search

Thursday, 28 March 2024

Search

Jadi Penghasil Devisa, Kemenperin Pacu Kinerja Industri Furnitur Dan Kerajinan

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika.

JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu kinerja industri furnitur dan kerajinan agar bisa lebih berdaya saing global sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, Indonesia merupakan produsen mebel, kerajinan, dan homedecor dengan keunggulan komparatif berbasis sumber daya alam.

“Kita punya keunggulan yang kuat, dengan menghasilkan produk furnitur dan kerajinan yang unik dan berkualitas. Corak dan desain dari produk-produknya pun beragam karena para pengrajin kita memiliki keterampilan yang kreatif, inovatif, dan tidak mudah disaingi negara lain,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika pada pembukaan Jogja International Furniture and Craft Fair Indonesia (JIFFINA) 2023 di Yogyakarta, dikutip dari laman Kemenperin, Minggu (12/3).

Kemenperin memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan JIFFINA yang tahun ini telah digelar untuk ketujuh kalinya. Kegiatan ini terbukti membawa efek positif terhadap pengembangan industri furnitur di Indonesia. “Semoga pameran JIFFINA 2023 ini dapat berlangsung dengan sukses serta memberikan manfaat bagi perkembangan industri furnitur dan kerajinan nasional,” tutur Putu.

Pada tahun 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan mencapai USD3,5 miliar. “Sebagai subsektor industri agro, industri furnitur memberikan kontribusi hingga 1,30 persen dengan nilai kinerja ekspornya sebesar USD2,5 miliar sepanjang tahun lalu,” sebut Putu. 

Pemerintah menargetkan ekspor dari industri furnitur tumbuh menembus USD5 miliar pada tahun 2024. Di samping itu, industri furnitur merupakan salah satu sektor padat karya dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 143 ribu orang dari 1.114 ribu perusahaan. Data terakhir pada Desember 2022 mencatatkan utilisasi industri furnitur berada di angka 74,16 persen.

Putu menegaskan, pihaknya telah memiliki dua strategi agar kinerja industri furnitur nasional semakin berdaya saing global, yakni melalui pengoptimalan pasar domestik dan memperluas tujuan ekspor ke pasar nontradisional.

Menurutnya, strategi pertama dapat secara efektif dilakukan mengingat konsumen furnitur dalam negeri terutama untuk kelas menengah terus bertambah seiring membaiknya industri properti dan bisnis hospitality. “Kemudian konsumsi belanja pemerintah melalui pemanfaatan produk ber-TKDN juga sedang gencar digalakkan oleh pemerintah,” jelasnya.

 Hal ini yang juga dapat menjadi kesempatan pelaku industri furnitur kita meningkatkan pasarnya di dalam negeri. “Pemerintah juga memfasilitasi melalui penyelenggaraan business matching untuk mempertemukan para pelaku industri dengan para pengguna produk dalam negeri, seperti dari instansi pemerintah dan BUMN. Industri furnitur menjadi salah satu sektor andalan untuk mendukung kantor-kantor pemerintah dan sekolah,” paparnya.

Untuk strategi kedua, lanjut Putu, merupakan bentuk keniscayaan dikarenakan pasar tujuan ekspor tradisional saat ini masih terganggu akibat resesi. “Di sisi lain, pasar nontradisional sangat potensial untuk dikelola, misalnya India dan kawasan Timur Tengah, di mana pertumbuhan sektor propertinya masih relatif stabil,”  ujarnya. ***

Vitus DP

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media