CIREBON- Sejumlah warga terpaksa harus mengurangi pembelian beras dari system bulanan menjadi harian. Hal itu dilakukan menyusul adanya kenaikan beras‘>harga beras di Kabupaten Cirebon. Salah satu kebutuhan pokok tersebut bahkan melonjak dalam beberapa pekan terakhir ini.
Salah satunya dari pengakuan Warga Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon Wulansari (50). Menurut dia, setiap bulannya dia selalu membeli beras dalam kemasan 25 kilogram. Beras yang dia beli adalah beras kualitas medium dengan harga Rp9 ribu per kilo.
Namun setelah ada kenaikan harga, ia terpaksa membeli dengan jumlah lebih sedikit yakni, kemasan ukuran 5 atau 10 kilogram. Alasannya, saat ini harga beras medium naik menjadi Rp11 ribu per kilonya.
“Kenaikannya memang kecil. Tapi kalau beli dalam jumlah banyak, ya terasa mahal juga,” ungkapnya, Minggu (29/1).
Salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya juga mengakui, harus mengencangkan ikat pinggang dengan kenaikan harga beras tersebut. Warga yang mengaku penghasilannya pas-pasan ini harus mengurangi porsi nasi yang biasa ia masak setiap harinya. Hal tersebut dilakukan agar tidak menambah beban pengeluaran.
“Mungkin lain soal buat kalangan menengan ke atas. Kenaikan harga beras pasti tidak akan terasa dampaknya,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Pimpinan Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon, Rizki Abdullah mengatakan, saat ini pihaknya sudah menyediakan beras kualitas medium dengan harga Rp8300 per kilogram.
Tujuannya, untuk menyukseskan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) harga beras tidak terlalu berpengaruh terhadap inflasi daerah.
“Kita ingin menjaga agar beras tidak masuk inflasi daerah. Kita lakukan distribusi ke beberapa retail di dua pasar, yakni di Pasar Jagasatru sebanyak 1,5 ton dan di Pasar Kanoman 1 ton,” jelas Rizki.
Sebelumnya, saat berkunjung ke Kabupaten Cirebon beberapa waktu lalu, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil (RK) menolak impor beras ke Jawa Barat di tengah kenaikan harga komoditas tersebut. Alasannya, Jawa Barat mengalami surplus beras hingga 1,5 juta ton. Kebijakan impor beras ke Tanah Pasundan itu dianggap kurang tepat.
“Memang harga beras saat ini lagi tinggi, tetapi Jawa Barat tolak impor, kalau provinsi lain silakan,” aku RK.
RK juga mengaku, saat ini pihaknya masih melakukan penelusuran terkait kenaikan harga beras tersebut. Pasalnya, wilayah Jawa Barat merupakan salah satu lumbung padi. ***