JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengaku optimis dengan pasar investasi di Indonesia. Seiring dengan penguatan ekonomi yang terus terjadi di Indonesia, menurutnya tidak akan ada istilah wait and see pada investasi di Indonesia.
“Prioritas ke depan dengan penguatan perekonomian dan daya tahan yang kuat, saya yakin tidak ada istilah wait and see bagi investasi di Indonesia. Its all about investment, investment, and investment. Kita harus siap untuk itu dan kita dorong momentumnya,” ungkap Mahendra dalam pembukaan perdagangan perdana bursa efek, Senin (2/1).
Kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) masih sangat solid, setidaknya hingga akhir tahun 2022. Kinerja indeks harga saham gabungan alias IHSG saja meningkat 4% saat penutupan perdagangan bursa efek 2022.
Sementara itu, aktivitas perdagangan pasar modal di 2022 juga naik signifikan, frekuensi transaksi harian 1,31 juta kali transaksi, menjadi transaksi terbesar pada pasar modal di seluruh negara Asia Tenggara. Kapitalisasi pasar Bursa Efek juga mencapai Rp9.500 triliun atau setara dengan 50% PDB Indonesia.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia juga masih percaya diri untuk mengeruk modal di Bursa Efek Indonesia, terbukti dari data pencatatan saham perdana alias initial public offering (IPO) tercatat ada 59 saham baru yang melantai di Bursa Efek.
Investor juga terus bertambah, saat ini jumlah investor di pasar modal sudah mencapai 10,3 juta orang. Jumlah itu mengalami kenaikan 1.000% selama 5 tahun sejak 2017. Namun, Mahendra mengatakan bila dilihat dari total populasi masyarakat se-Indonesia jumlah itu baru 4% saja, maka dari itu pihaknya dan Bursa Efek Indonesia, akan menjaring lebih banyak investor ke depannya.
“Ini menjadi satu hal yang harus ditingkatkan juga. Peningkatan integritas, akuntabilitas, dan kredibilitas harus dilakukan agar kita bisa isi gelas yang kosong. Masih luas sekali dari populasi indonesia, sekarang sudah sampai 10,3 juta, tapi itu baru 4% dari populasi nasional,” kata Mahendra.***