Thursday, 25 April 2024

Search

Thursday, 25 April 2024

Search

Belasan Ormas Bandung Kunjungi Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung 

Pengunjung yang berasal dari belasan ormas dan pengurus YDSP berfoto bersama di Rumah Abu Seratus Marga.

BANDUNG—Pengurus dan Pengawas YDSP (Yayasan Dana Sosial Priangan) Bandung Yu Yi Qi, Luo Guan Han, Lin De Huan, Li Zhen Shan, Fan Jun Fa, Wu Wen Fan, Huang Wei Qiang, Chen Kai Min dan tokoh lainnya, 23-24 Febuari) lalu  menerima kunjungan sejumlah ormas yang meninjau Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung.

Ormas yang datang yaitu ormas ternama yang ingin datang untuk mengetahui seperti apa Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung.

Wu Wen Fan, Wen Shun Fa, Yu Yi Qi, Fan Jun Fa berfoto bersama kelompok Komune Santa Brigitta.

Sekitar 90 orang perwakilan dari 13 ormas Bandung pada Rabu (22/2) pagi datang mengunjungi Museum Sejarah Etnis Tionghoa.

Mereka yaitu FKPPI (Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan), PGPK (Perwakilan Gereja-Gereja dan Perkumpulan Kristen), FPBB (Forum Perempuan Bandung Bersatu), RDN (Rantai Doa Nasional), INTI (Indonesia Tionghoa) Cimahi, Komunitas Parjo (Parahyangan Keur Jokowi), WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia), Lions Club Bandung Sejahtera, Komunitas Ling Tian Kung, DLH (Dinas Lingkungan Hidup) Bandung, MUKI (Majelis Umat Kristen) Jawa Barat, Lembakum (Lembaga Bantuan Hukum), PPM (Pemuda Panca Marga) datang mengunjungi lokasi.

Luo Guan Han berfoto bersama seusai menyerahkan buletin kenangan kepada perwakilan ormas.

Rombongan tersebut diterima dan didampingi oleh para pengurus YDSP Bandung. Pertanyaan pengunjung dijawab dan dijelaskan dengan memuaskan.

Rombongan yang beranggotakan 30 orang wanita dari Komune Santa Brigitta kawasan pemukiman Batu Nunggal pada Rabu (23/2) lalu datang mengunjungi Museum Sejarah Etnis Tionghoa Bandung.

Rombongan tersebut diterima dan didampingi Wen Shun Fa, Wu Wen Fan, Yu Yi Qi dan Fan Jun Fa. Mereka menjelaskan bagaimana nenek moyang orang Tionghoa datang ke Indonesia, bagaimana perjuangan mereka di Indonesia serta bagaimana mereka berpartisipasi dalam Perang Kemerdekaan dan lainnya.

Lin De Huan menjelaskan foto koleksi Museum Sejarah Etnis Tionghoa.

     Para pengunjung melihat begitu banyak foto dan pengenalan dwibahasa Indonesia dan Tionghoa di museum tersebut. Sehingga membuat mereka mengetahui banyak hal dimana nenek moyang warga Tionghoa setelah tiba di Indonesia berpartisipasi dalam perjuangan pendirian negara Indonesia. Sekaligus adat budaya terkait dan lainnya.

Mereka sangat mengapresiasi dan terkejut mengetahui hal itu. Karena tidak ada satupun dari mereka yang tahu mengenai peristiwa sejarah tersebut. Mereka hanya samar-samar tahu bahwa mereka adalah keturunan Tionghoa, bagaimana nenek moyang mereka datang ke sini, bagaimana mereka tinggal di sini dan apakah mereka telah berjasa bagi negara Indonesia, mereka pun tidak tahu.

Banyak informasi yang tidak diketahui oleh rombongan non etnis Tionghoa namun juga oleh pengunjung etnis Tionghoa.

Wen Shun Fa menjelaskan mengenai Museum Sejarah Etnis Tionghoa.

Pimpinan Komune Santa Brigitta Ibu Diana menyampaikan pidato: “Museum ini memiliki banyak informasi serta memberikan informasi yang tidak diketahui banyak orang.

Banyak sejarah tertutup yang sekarang diketahui banyak orang. Nenek moyang asli Tionghoa dan etnis Tionghoa di era sekarang telah memberikan kontribusi yang begitu besar bagi negara Indonesia di berbagai bidang. Semoga fakta sejarah ini dapat menjadi perekat antar etnis, karena kami etnis Tionghoa adalah salah satu etnis yang tidak terpisahkan di Indonesia. “

Mereka mengunjungi Museum Sejarah Etnis Tionghoa sekaligus juga mengunjungi Rumah Abu Seratus Marga. Pengunjung yang tidak lagi menggunakan nama Tionghoa bahkan lebih terkejut ketika melihat papan nama leluhur mereka. Mereka yang memiliki nama Tionghoa sangat tertarik untuk menemukan dimana papan nama keluarga mereka berada.

Setelah kunjungan tersebut, semuanya merasa bahwa perjalanan ini benar-benar membuka mata mereka. Mereka juga telah memiliki pemahaman lain tentang budaya Tionghoa. Bahkan ada yang lebih memahami hal tersebut. idn/din

Sukris Priatmo

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media