Friday, 29 March 2024

Search

Friday, 29 March 2024

Search

Arab Saudi dan Iran Kembali Rujuk Usai 7 Tahun Putus Hubungan

Saudi-dan-iran-sepakat-rujuk-usai-tujuh-tahun-putus-

BEIJING (IM)- Kabar mengejutkan dari Timur Tengah. Arab Saudi dan Iran sepakat untuk memulihkan hubungan diplomatik. Dua negara ini berbaikan usai putus hubungan sekitar 7 tahun.
Tanda-tanda keduanya akan memperbaiki hubungan sebenarnya terlihat sejak tahun lalu. Dilansir AFP, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian berharap bisa mengembalikan hubungan diplomatik antara Iran dengan Arab Saudi.
Arab Saudi diketahui memutuskan hubungan dengan Iran pada Januari 2016. Kondisi itu terjadi usai pengunjuk rasa menyerang Kedutaan Arab Saudi di Teheran dan Konsulat di Masyhad. Pengunjuk rasa di Iran menyampaikan protes terhadap kebijakan eksekusi Ulama Syiah Nimr Al-Nimr di Saudi.
“Kami siap untuk memulihkan hubungan dan langkah seperti itu akan berdampak positif di seluruh wilayah,” kata Amir-Abdollahian mengatakan pada konferensi pers di Beirut pada Sabtu (14/1) tahun lalu .
Dia juga memuji potensi pemulihan hubungan antara sekutu Iran, Suriah dan Turki, setelah menteri pertahanan mereka bertemu pada sebulan sebelumnya. Iran dan Arab Saudi saling mendukung dalam berbagai konflik di kawasan, termasuk di Suriah.
Amir-Abdollahian mengatakan langkah pertama yang dilakukan ialah melanjutkan pembicaraan tentang pembukaan kembali konsulat Iran di Jeddah dan konsulat Arab Saudi di Masyhad bagi warga yang tertarik dengan perjalanan keagamaan.
Sejak April 2021, Irak telah menjadi tuan rumah serangkaian pertemuan antara kedua belah pihak. Tetapi, belum ada pertemuan yang diumumkan secara terbuka sejak April 2022.
Terbaru, Arab Saudi dan Iran menyatakan sepakat memulihkan hubungan usai melakukan pembicaraan yang dimediasi oleh Tiongkok. Riyadh dan Teheran juga sepakat untuk membuka kembali misi diplomatik masing-masing setelah sekitar 7 tahun hubungan terputus.
“Setelah pembicaraan, Republik Islam Iran dan Kerajaan Arab Saudi telah sepakat untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan dan misi dalam waktu dua bulan,” demikian bunyi pernyataan gabungan Saudi-Iran seperti dipublikasikan kantor berita IRNA dilansir AFP, Jumat (10/3) waktu setempat.
Kantor berita Saudi Press Agency (SPA) juga mempublikasikan pernyataan yang sama. Pembicaraan Riyadh dan Teheran itu dimediasi dan digelar di Tiongkok.
Laporan kantor berita IRNA menyebut Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani, melakukan perjalanan ke Beijing pada Senin (6/3) waktu setempat untuk melakukan ‘negosiasi intensif dengan mitra Saudinya di Tiongkok untuk akhirnya menyelesaikan masalah antara Teheran dan Riyadh’.
Saudi yang mayoritas Sunni dan Iran yang mayoritas Syiah selalu mendukung pihak berbeda dalam sejumlah konflik di kawasan Timur Tengah. Salah satunya konflik di Yaman, di mana pemberontak Houthi didukung oleh Teheran dan pemerintah Yaman didukung oleh koalisi militer pimpinan Riyadh.
Irak, yang merupakan negara tetangga dari keduanya, juga telah menjadi lokasi rentetan pembicaraan antara Saudi dan Iran sejak April 2021. Pembicaraan itu dilakukan pada level relatif rendah, dengan melibatkan para pejabat keamanan dan intelijen kedua negara.
Dalam pernyataan gabungan yang dirilis pada Jumat (10/3), Saudi dan Iran mengucapkan terima kasih kepada Irak, Oman, dan Tiongkok atas bantuan dan dukungan dalam pembicaraan membahas pemulihan hubungan kedua negara.
“Berterima kasih kepada Republik Irak, Kesultanan Oman karena menjadi tuan rumah untuk pembicaraan yang digelar kedua pihak tahun 2021 dan 2022, juga para pemimpin dan pemerintah Republik Rakyat Tiongkok untuk menjadi tuan rumah dan mendukung pembicaraan yang digelar di negara itu,” demikian bunyi pernyataan gabungan itu
Respons Bahagia Dunia Internasional
Pemimpin negara-negara dunia menyambut gembira pemulihan hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran yang diumumkan, Jumat malam. Kedua negara sepakat membuka kembali hubungan diplomatik yang terhenti selama 7 tahun, melalui kesepakatan yang diteken di Tiongkok.
Seperti dilansir Reuters, pejabat tinggi diplomatik Tiongkok Wang Yi yang menjadi negosiator pemulihan hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran, mengatakan langkah ini merupakan kemenangan bagi dialog dan perdamaian. Dia menyebut hasil ini sebagai kabar baik di tengah meningkatnya pergolakan dunia saat ini.
Irak juga menyambut dibukanya lembaran baru antara Iran dan Arab Saudi. Negara itu merupakan salah satu yang berperan menjembatani pembicaraan damai kedua negara. Iran dan Saudi juga menyampaikan terima kasih kepada Irak yang telah Irak juga menyambut dibukanya lembaran baru antara Iran dan Arab Saudi. Negara itu merupakan salah satu yang berperan menjembatani pembicaraan damai kedua negara. Iran dan Saudi juga menyampaikan terima kasih kepada Irak yang telah menjadi tuan rumah pembicaraan damai.
Oman juga menyambut baik pernyataan trilateral Arab Saudi, Iran, dan Tiongkok tentang dimulainya kembali hubungan diplomatik. Ketiga negara tersebut juga berterima kasih kepada Oman karena telah menjadi tuan rumah pembicaraan sebelumnya.
Adapun kepala negosiator pemberontak Houthi Yaman Mohammed Abdulsalam mengatakan di Twitter, kawasan membutuhkan kembalinya hubungan yang normal.
“Kawasan membutuhkan dimulainya kembali hubungan normal antara negara-negara agar negara Islam agar mendapatkan keamanan kembali yang hilang akibat campur tangan asing,” kata Abdulsalam.
PBB Anggap Penting untuk Stabilitas Teluk
PBB menyambut baik kesepakatan Iran dan Arab Saudi pada Jumat untuk menjalin kembali hubungan diplomatik. Badan dunia itu juga menyampaikan terima kasih kepada Tiongkok atas perannya dalam negosiasi tersebut.
“Atas nama Sekretaris Jenderal, saya ingin menyambut pernyataan tripartit bersama Kerajaan Arab Saudi, Republik Islam Iran dan Republik Rakyat Tiongkok, dicapai hari ini di Beijing, yang mengumumkan kesepakatan Iran dan Arab Saudi untuk melanjutkan hubungan diplomatik dalam dua bulan,” kata jubir PBB Stephane Dujarric kepada wartawan seperti dilansir Anadolu.
Dujarric mengatakan bahwa “hubungan bertetangga yang baik” antara Iran dan Arab Saudi “penting” bagi stabilitas kawasan Teluk.
“Sekjen juga menyampaikan apresiasinya kepada warga Republik Rakyat China karena telah menjadi tuan rumah pembicaraan baru-baru ini dan telah mendukung dialog antara kedua negara,” katanya seraya menyanjung upaya negara lain seperti Oman dan Irak.
Selain itu, Dujarric mengatakan Sekjen Antonio Guterres siap untuk “membawa lebih jauh dialog regional dan memastikan perdamaian dan keamanan di kawasan Teluk.”
AS Khawatir Akibat Keterlibatan Tiongkok
Konsensus Iran dan Arab Saudi untuk memulihkan hubungan diplomatik dianggap memberi sejumlah sinyal mengejutkan yang menyinggung Amerika Serikat, termasuk soal kemungkinan jalan mengendalikan program nuklir Teheran dan kesempatan untuk memperkuat gencatan senjata di Yaman.
Peran Tiongkok sebagai perantara perdamaian di Timur Tengah, kawasan yang sudah lama berada dalam pengaruh AS, juga dipercaya akan membuat Washington gelisah.
Mantan pejabat senior AS dan PBB Jeffrey Feltman mengatakan peran Tiongkok adalah aspek paling signifikan dari perjanjian tersebut.
“Ini akan ditafsirkan sebagai tamparan pada pemerintahan Biden dan sebagai bukti bahwa Tiongkok adalah kekuatan yang sedang naik daun,” kata dia, yang sekarang jadi peneliti di Brookings Institution, dikutip dari Reuters, Minggu (12/3).
Kesepahaman itu muncul di tengah upaya Iran mempercepat program nuklirnya, setelah dua tahun upaya Amerika Serikat yang gagal untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015. Washington ingin menghentikan Teheran memproduksi bom nuklir. Upaya itu diperumit oleh tindakan keras oleh otoritas Iran terhadap protes dan sanksi keras Amerika Serikat terhadap Teheran atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia.
Hal senada juga disampaikan oleh juru bicara Gedung Putih John Kirby. Kirby tampak meremehkan keterlibatan Tiongkok dalam pembangunan kembali hubungan Iran dan Saudi. Gedung Putih yakin tekanan internal dan eksternal, termasuk pencegahan Saudi yang efektif terhadap serangan dari Iran atau proksinya, adalah yang pada akhirnya membawa Teheran ke meja perundingan.
Hubungan strategis lama antara Riyadh dan Washington telah tegang selama pemerintahan Presiden Joe Biden atas catatan hak asasi manusia kerajaan, perang Yaman dan hubungan baru-baru ini dengan Rusia dan produksi minyak OPEC+.
Sebaliknya, hubungan Arab Saudi yang tumbuh dengan Tiongkok disorot oleh kunjungan pejabat tinggi Presiden Xi Jinping tiga bulan lalu. Pengumuman Jumat datang pada hari Xi meraih masa jabatan ketiga sebagai presiden Tiongkok di tengah sejumlah tantangan.

Frans C. Gultom

Berita Terbaru

Baca juga:

Follow International Media